MATA INDONESIA, LONDON – Julukannya banyak. Selain miliarder karena kekayaanya berlimpah, Elizabeth Holmes adalah penemu dan pebisnis ulung, Majalah Forbes menjulukinya sebagai Perempuan Miliarder Termuda di Dunia. Majalah bisnis lainnya, Inc, menyebut dia sebagai The Next Steve Jobs. Wajahnya selain terpampang di majalah bisnis, juga di sejumlah majalah sosialita lainnya. Cantik, muda dan bersemangat.
Pada tahun 2014, Elizabeth Holmes, waktu itu usianya 30 tahun mendirikan perusahaan bernilai USD 9 miliar (Rp128 triliun) yang disebut-sebut akan membawa revolusi dalam diagnosis penyakit.
Hanya dengan beberapa tetes darah, alat bernama Theranos, dapat mendeteksi kondisi kesehatan seperti kanker dan diabetes dengan cepat, tanpa perlu jarum suntik. Para tokoh terkenal dunia dari Henry Kissinger sampai Rupert Murdoch, ikut berinvestasi di perusahaan tersebut.
Namun hanya dalam waktu satu tahun saja, pada 2015, kebohongan perusahaan itu mulai terkuak. Holmes dituding sebagai penipu. Teknologi yang ia gembar-gemborkan tidak berfungsi sama sekali. Pada 2018 perusahaan yang ia dirikan pun kolaps.
Holmes yang kini berusia 37 tahun, diancam hukuman 20 tahun penjara jika terbukti bersalah atas 12 dakwaan penipuan yang dilayangkan terhadapnya. Namun sayangnya, ia belum pernah mengungkapkan pembelaan dan cerita dari sudut pandangnya.
Pelecehan Seksual
Pengadilan Holmes dimulai pada Kamis 1 September 2021 dan menarik banyak perhatian. Pengadilan ini pun menjadi drama, ketika tak disangka-sangka, kuasa hukum Holmes memberikan penjelasan bahwa Holmes dikendalikan oleh pacar sekaligus mitra bisnisnya Ramesh Sunny Balwani. Holmes menurut pengacaranya dilecehkan secara seksual dan dikontrol emosinya saat ia menjalankan bisnisnya itu. Hal itulah yang membuat Holmes dalam kondisi stres saat menjalankan bisnisnya yang baru berjalan satu tahun itu.
Dituding seperti itu membuat Ramesh berang. Pria berusia 56 tahun ini yang juga menghadapi dakwaan yang sama, menyebut klaim tersebut “keterlaluan”. Balwani akan diadili pada kasus yang sama pada Januari 2022.
Keputusan akan ada di tangan juri, apakah akan bersimpati atau bersikap tegas dalam menghakimi perempuan yang telah menipu banyak orang, dari negarawan sampai menteri.
Alasan Penipuan
Sampai saat ini tak jelas apa yang melatarbelakangi Holmes melakukan penipuan tersebut. Padahal kisah mengenai perempuan cantik ini sudah dibuat dalam bentuk buku, film dokumenter HBO, serial televisi sampai film layar lebar.
Namun melihat latar belakangnya, Holmes lahir dan besar dari sebuah keluarga kaya di Washington DC. Ia merupakan anak yang sopan namun pemalu. Menurut orang-orang yang mengenalnya, Holmes tipikal perempuan rumahan, sopan, pintar, cantik dan ramah.
Inventor dan pengusaha Richard Fuisz, 81 tahun, berspekulasi bahwa Holmes menghadapi banyak tekanan untuk sukses. Kebetulan keluarga Richard Fuisz bertahun-tahun hidup bertetangga dengan keluarga Holmes. Sayangnya mereka menjadi tidak akur ketika Holmes menggugat Fuisz dalam perkara paten pada 2011.
”Orang tua Holmes menjalani sebagian besar karier mereka sebagai birokrat di pemerintahan AS namun mereka sangat tertarik pada status dan hidup untuk jalin koneksi,” ujar Fuisz.
Tekanan Keluarga
Pada usia sembilan tahun, Elizabeth Holmes menulis surat kepada ayahnya. Ia menyatakan bahwa hal yang ia inginkan dalam hidup ialah menemukan hal baru, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh umat manusia.
Ketika ia masuk ke jurusan teknik kimia Universitas Stanford pada 2002, ia mengembangkan ide tentang plester yang dapat mendeteksi infeksi pada penggunanya dan melepaskan antibiotik sesuai kebutuhan.
Pada usia 18 tahun, ia yakin soal penemuannya itu. Dan ia pun mendirikan perusahaan untuk mengembangkan dan memproduksi penemuannya itu.
Dr Phyllis Gardner, pakar farmakologi klinis di Stanford, pernah berdiskusi dengan Holmes tentang ide plesternya. Kepada BBC, Gardner mengatakan bahwa penemuan plester ini masih mentah. ”Ia hanya menatap saya. Dan ia tampaknya yakin seratus persen akan kejeniusannya. Ia tidak tertarik dengan penjelasan saya,” katanya.
Holmes kemudian memilih keluar dari Stanford. Saat itu usianya 19 tahun. Ia nekad meluncurkan plester dan mendirikan perusahaan yang di berinama Theranos. Kali ini ia mempunyai produk melakukan tes darah lengkap hanya dari setetes sampel.
Investor Kaya
Ide itulah yang memikat orang-orang berpengaruh dan kaya. Dengan jaringan keluarganya, Elizabeth Holmes berhasil menarik banyak orang untuk berinvestasi di Theranos tanpa melihat catatan finansialnya.
Orang-orang kaya dan berpengaruh yang berinvestasi di perusahaan Holmes adalah Menteri Keuangan AS George Schultz, Jenderal Angkatan Darat terhormat James Mattis (yang belakangan menjadi bagian dalam pemerintahan Presiden Trump), dan keluarga terkaya Amerika, Waltons, termasuk para pendukungnya.
Dukungan itu memberi Holmes kredibilitas, begitu juga tingkah lakunya. ”Dia begitu percaya diri, namun ketika saya menanyakan beberapa pertanyaan tentang teknologinya tampaknya dia tidak mengerti,” ujar Dr Flier, yang tidak pernah menilai teknologinya secara formal.
“Kelihatannya sedikit aneh, tapi waktu itu saya tidak berpikir itu penipuan.”
Dan akhirnya skandal Theranos mulai terkuak pada 2015, ketika seorang investor bernama Edison mengungkapkan kekhawatiran tentang Theranos. Sontak, gugatan hukum pun menumpuk, para mitra memutus hubungan, dan pada 2016 regulator di AS melarang Elizabeth Holmes mengoperasikan jasa tes darah selama dua tahun. Pada 2018 Theranos bubar.
Penangkapan
Polisi kemudian menangkap Elizabeth Holmes bersama Balwani, atas dakwaan pidana penipuan transaksi elektronik (wire fraud) dan persekongkolan untuk melakukan penipuan transaksi elektronik.
Jaksa penuntut mengklaim bahwa Holmes dengan sadar dan sengaja mengecoh pasien tentang tes darah Theranos dan melebih-lebihkan kinerja perusahaan tersebut di hadapan investor.
Elizabeth Holmes kemudian bebas dari penjara dengan jaminan pada 2019. Ia kemudian menikahi William “Billy” Evans, 27 tahun, pewaris waralaba hotel Evans Hotel Group. Mereka punya seorang putra pada Juli tahun ini.
Seiring skandal Theranos mencapai pengadilan, para pengamat mengatakan betapa luar biasanya Elizabeth Holmes yang berpegang teguh pada ceritanya dan orang-orang yang mengenalnya mengatakan mereka ragu ia telah berubah. Menurut dokumen pengadilan, para pengacara Holmes siap berargumen bahwa “ia percaya semua dugaan misrepresentasi” tentang Theranos adalah benar dan bahwa perusahaan itu adalah “bisnis sah yang menghasilkan nilai bagi investor”.
Reporter : Nabila Kuntum Khaira Umma