Kisah Cut Nyak Dien, Si Ratu Perang yang Tangguh

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Apa yang terlintas di benak kalian jika membicarakan soal Aceh? ‘Serambi Mekah’? atau ‘Kota Juang’? Rasanya memang tepat jika Aceh diberi julukan tersebut, mengingat banyaknya pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang pada masa penjajahan Belanda, salah satunya, Cut Nyak Dien.

Cut Nyak Dien merupakan wanita perkasa asal Aceh yang ikut berjuang melawan para kolonial Belanda. Ia dilahirkan di tengah-tengah keluarga bangsawan Aceh Besar pada tahun 1848. Darah kebangsawanannya diturunkan dari sang ayah yang merupakan keturunan langsung Sultan Aceh.

Semasa hidupnya, Cut Nyak Dien aktif berjuang di medan perang demi membebaskan tanah Aceh dari kompeni Belanda. Sewaktu perang Aceh tahun 1873, ia memimpin perang di garis depan, ikut melawan pasukan Belanda yang bersenjata lengkap. Namun nahas, di perang aceh ini ia harus kehilangan sang suami, Teuku Ibrahim yang gugur.

Di tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar yang ia temui saat pemakaman suaminya. Pada awalnya, Cut Nyak Dien menolak menikah dengannya. Akan tetepi, Umar memberikan penawaran jika Cut Nyak Dien menjadi istrinya, ia boleh kembali turun ke medan perang.

Tawaran tersebut membuat hatinya goyah. Kegigihannya untuk memperjuangkan tanah Aceh dari Belanda membuat Cut Nyak Dien menerima tawaran Umar.

Peperangan pun berlanjut. Cut Nyak Dien dan Teuku Umar menjadi rekan di medan pertempuran. Umar pun memasang strategi untuk mengelabui kolonial Belanda dengan menyerahkan dirinya dan bekerja sama dengan mereka untuk mendapatkan persenjataan yang lengkap.

Strateginya berhasil. Setelah mendapatkan banyaknya senjata dari Belanda, Umar meninggalkan mereka dan kembali ke tanah Aceh. Hal tersebut membuat para pasukan Belanda marah dan mengincar Umar.

Saat Cut Nyak Dien dan Teuku Umar berjuang di peperangan Meulaboh, mereka diserang oleh Belanda hingga Umar harus gugur di medan perang.

Pasukan pun melemah. Tak sedikit dari mereka yang akhirnya menyerahkan diri pada Belanda. Namun, kegigihan dan kesetian Cut Nyak Dien pada tanah Aceh dan bangsa Indonesia membuatnya terus melanjutkan pertempuran.

Pada akhirnya, ia pun berhasil ditangkap dan diasingkan agar tidak mempengaruhi rakyat tanah Aceh yang lain. Ia dibuang ke Sumedang, Jawa Barat pada Desember 1905, hingga ia tutup usia di umur 60 tahun pada 1908.

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini