MATA INDONESIA, JAKARTA – Apa yang Anda ketahui soal musik Jazz?
Jenis musik ini merupakan aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat. Musik ini awalnya muncul di akhir abad 19 dan di awal abad 20. Tetapi banyak juga orang yang menganggap bahwa musik ini berakar dari Eropa dan Afrika.
Alat musik jazz yang digunakan antara lain trompon, gitar, trompet, piano dan saksofon. Pada awal perkembangannya banyak orang yang menganggap bahwa musik jazz adalah musik yang memusingkan dan sulit untuk dimengerti, tetapi seiring berkembangnya zaman, musik ini sering muncul dalam aliran musik lainnya.
Lalu bagaimana jazz dikenal di Indonesia? mengutip Historia, musik Jazz masuk ke Indonesia di tahun 1919 melalui The American Jazz Band. Piringan hitam dari band ini diakui sebagai yang pertama kali memperkenalkan musik jazz di Batavia. The American Jazz Band juga menjadi musisi jazz pertama yang datang di Tanah Air.
Namun, masih banyak yang belum ngeh soal musik ini. Meski pada 1948, puluhan musisi Belanda datang ke Indonesia untuk membentuk orkestra simfoni bersama musisi Indonesia. Musik jazz pun semakin dikenal oleh sebagian kalangan. Setelah itu, grup musik beraliran jazz bermunculan seperti The Progressive Trio, Iskandar’s Sextet, dan The Old Timers and Octet.
Pada tahun 1955, seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Bill Amirsjah-Rondahaim Saragih atau dikenal dengan nama Bill Saragih membentuk kelompok jazz Riders. Anggotanya adalah Herman Tobing, Didi Chia, Paul Hutabarat, dan Yuse. Mereka memainkan beberapa alat musik seperti piano, vibes, flute, piano, bass, dan drum
Jazz tak hanya berkembang di Jakarta. Dari tahun 1945 hingga 1950 di Surabaya beberapa musisi jazz bermunculan dan membentuk band. Salah satunya adalah Jack Lesmana yang kemudian dikenal sebagai ayah kandung Indra Lesmana. Jack yang dijuluki Godfather musik jazz di Indonesia membentuk band bernama Jazk Lemmers yang beranggotakan Bubi Chen (piano), Berges (piano), Didi Pattirane (gitar), Teddy Chen dan Jopy Chen (bass), Maryono (saksofon), Oei Boen Leng (gitar), Mario Diaz (drum), den Benny Hainem (klarinet).
Selain itu, di Bandung muncul musisi seperti Benny Pablo, Eddy Karamoy, Joop Talahahu, dan Leo Masenggani. Jazz pun terus menebarkan pesonanya ke sejumlah kota di Indonesia.
Musik jazz semakin pesat perkembangannya ketika memasuki tahun 1980-an. Kala itu, muncul musisi dan penyanyi jazz Ireng Maulana, Benny Likumahuwa, Elfa Secioria, dan Luluk Purwanto. Saat itu, band asal Indonesia, Bhaskara, malah diundang resmi di festival jazz bergengsi di Belanda, North Sea Jazz.
Indonesia semakin dipandang oleh dunia internasional ketika anak Jack Lesmana, Indra Lesmana yang menyelesaikan sekolahnya di Australia membentuk band ‘Nebula’ bersama musisi Australia. Band ini merilis album No Standing. Indra menciptakan empat karya di album tersebut (No Standing, The First, Sleeping Beauty, ‘Tis time to part). Album ini dipuji oleh majalah jazz kenamaan dunia, Downbeat, saat itu.
Indra kemudian pulang ke Indonesia dan kemudian bergabung dengan band jazz asal Bandung Krakatau. Bersama Krakatau, musik Jazz pun perlahan-lahan populer diterima masyarakat.
Musik Jazz di Indonesia kemudian berkembang dengan pesat di era 80 an setelah sejumlah mahasiswa UI membentuk band bernama Chesario. Salah satu personelnya Chandra Darusman kemudian membentuk band Karimata yang juga cukup sukses saat merilis album.
Beberapa band jazz kemudian lahir dari kalangan kampus dan anak-anak gedongan Jakarta. Mereka mengeluarkan album yang juga disukai masyarakat. Tercatat ada nama-nama seperti Black Fantasy, Spirit Band, Emerald Band, Halmahera dan Modulus.
Masyarakat kemudian semakin mengenal jazz saat seorang musisi bernama Dian Pramana Putra meluncurkan album Indonesian Jazz Vocal (1983), Intermezzo (1984) dan Kau Seputih Melati (1986). Dian membuat musik Jazz semakin diterima oleh masyarakat umum karena lebih mengedepankan unsur popnya. Tak hanya Dian PP, muncul juga Fariz RM yang berhasil menghadirkan musik jazz dengan lagu-lagu yang bisa dinikmati anak muda.
Hadirnya band jazz Squirrel dari Dewa Budjana membuat blantika musik jazz di Tanah Air semakin berwarna. Popularitas musik jazz mencapai puncak dengan dibentuknya Institute Musik Indonesia dan Sekolah Musik Indonesia, yang sampai saat ini menjadi pencetak musisi terbaik, terutama jazz, di Tanah Air.
Sayangnya selepas tahun 1990, musik jazz justru meredup. Jazz seolah-olah terpinggirkan. Sebutan sebagai musik tua, dan membosankan kembali terbayang.
Namun di penghujung akhir 90an, Syaharani hadir dengan album jazz ‘What a Wonderful World’ bersama Bubi Chen, Benny Likumahuwa, Sutrisno, Oele Pattiselano, dan Cendi Luntungan. Album ini mengantarkan musik jazz memasuki era di dekade baru. Jazz lagi-lagi mulai dilirik oleh masyarakat.
Beruntung, di tahun 2000an, Andien mencoba membawa kembali musik jazz di Indonesia. Di saat ini, festival-festival musik jazz, seperti Java Jazz kembali membantu mengangkat genre musik ini di kalangan pendengar Tanah Air. Nyaris bersamaan, sederet musisi jazz seperti Tompi, Maliq & D`Essentials, Raisa, Tulus sampai Joey Alexander bermunculan dari tahun ke tahun. Meramaikan sekaligus kembali membawa musik jazz ke masyarakat.