MATA INDONESIA, YERUSALEM– Palestina dan Israel sudah terlibat perseteruan sejak lama. Tekanan Negara Israel memicu perlawanan dari Bangsa Palestina. Sebutan gerakan perlawanan itu adalah Intifada. Gerakan perlawanan ini bukan berupa perang ataupun aksi teror, tetapi secara kolektif dan massal oleh masyarakat Palestina.
Nama gerakan ini berasal dari bahasa Arab yang berarti “Kebangkitan”. Tercatat, sebanyak dua kali Intifada terjadi. Intifada pertama terjadi pada 9 Desember 1987 dan berakhir pada September 1993. Intifada kedua atau Intifada Al-Aqsa pada September 2000.
Pemicu awal Intifada ini terjadi karena inspeksi jam malam oleh tentara Israel pada 31 Mei 1987 di Kemah Pengungsian di Balata. Saat itu para wanita Palestina melawan tentara Israel dari kemah pengungsian. Pada November 1987 sekali lagi terjadi inspeksi di kemah pengungsian Jibaylla. Saat itu gelombang massa dari warga Palestina begitu besar berusaha menerobos pagar pembatas dan melawan menggunakan batu dan tongkat.
Situasi semakin parah saat warga Palestina Taleb Abu Zaid dan tiga rekannya sesama orang Palestina tewas pada 8 Desember 1987. Mereka kehilangan nyawa setelah kendaraan pengangkut tank milik Israel menabraknya. Tabrakan ini juga menyebabkan 10 orang lain terluka, termasuk Jawad Abu Zaid, saudara kandung Taleb.
Keluarga Taleb dan rakyat Palestina murka setelah mengetahui insiden tersebut. Sekitar 10 ribu warga Palestina hadir di pemakaman para korban. Aksi pun berubah menjadi demonstrasi yang berujung rusuh. Tentara Israel melawan mereka tembakan senjata.
Sepuluh hari kemudian terjadi demonstrasi lagi. Kali ini di Tepi Barat. Pada 16 Desember 1987, para pedagang melakukan aksi mogok dengan menutup toko di Yerussalem Timur.
Kaum demonstran Palestina memblokade jalan dan membakar ban. Tak hanya itu. Rangkaian bentrok berikutnya pun pecah. Rakyat Palestina menghadapi pasukan Israel dengan melemparkan batu dan bom molotov.
Istilah Intifada sendiri berarti “guncangan” dan dijadikan spirit atau cara bagi orang-orang Palestina untuk melawan Israel.
Tidak sedikit warga Palestina yang ditahan Israel. Intifada I kemudian berakhir setelah terjadi kesepakatan perdamaian antara Palestine Liberation Organization (PLO) dan Israel pada 20 Agustus 1993 di Oslo, Norwegia.
PLO adalah gabungan gerakan pembebasan Palestina yang dirintis pemimpin gerakan Al-Fatah, Yasser Arafat. Dalam Perjanjian Oslo tahun 1993, PLO diwakili Yasser Arafat sementara Israel oleh Perdana Menteri Yitzak Rabin.
Intifada kedua
Pada 28 September 2000, Intifada II terjadi. Laporan BBC edisi 12 April 2012 menyebutkan: ‘Provocative’ Mosque Visit Sparks Riots”. Pemicunya adalah kedatangan Perdana Menteri Israel kala itu, Ariel Sharon, ke Temple Mount dengan pengawalan ketat ratusan polisi Israel.
Temple Mount adalah Bukit Bait Suci yang berlokasi di Kota Lama Yerusalem. Kawasan ini merupakan tempat sakral dan mulia untuk tiga penganut agama Samawi yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Hal tersebut sontak memancing amarah penduduk Palestina. Sehingga kerusuhan terjadi. Mulailah Intifada kedua atau lebih terkenal dengan sebutan Intifada Al-Aqsa karena di wilayah itu berdiri Masjid Al-Aqsa.
Setelah Sharon meninggalkan tempat tersebut kerusuhan terjadi, bentrok antara rakyat Palestina dengan tentara Israel kembali terjadi. Rakyat Palestina melawan menggunakan batu dan tentara Israel membalasnya dengan gas air mata dan peluru karet. Intifada kedua ini terjadi selama 5 tahun, berakhir pada 8 Februari 2005.
Peristiwa Intifada pertama dan kedua ini menelan korban jiwa lebih dari 5000 warga Palestina dan sekitar 1400 orang Israel.
Reporter: Desmonth Redemptus Flores So