Ini Strategi Pangeran Diponegoro yang Bikin Belanda Kehilangan Ribuan Prajuritnya

Baca Juga

MATA INDONESIA – Belanda sepertinya tak akan lupa dengan Pangeran Harya Dipanegara atau Pangeran Diponegoro. Sebuah nama yang membuat Belanda harus mengalami kerugian finansial 43 juta Gulden dan kehilangan ribuan orang pasukannya selama perang Jawa 1825-1827.

Tak salah jika Belanda menyebut perang Jawa sebagai Groote Onheilen atau bencana besar. Sebab strategi militer yang diterapkan Pangeran Diponegoro mampu membuat Belanda kalang kabut.

Strategi yang sering digunakan adalah bekerja sama dengan alam sebagai “senjata” tak terkalahkan. Semisal bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan berbagai usaha untuk gencatan senjata dan berunding.

Sebab hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan “musuh yang tak tampak” melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan mereka.

Hingga pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu. Dari sudut kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam sebuah perang modern.

Dalam perang terbuka ini, Belanda mengerahkan pasukan infanteri, kavaleri dan artileri yang sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal.

Pada tahun 1827, Komisaris Pemerintahan untuk Kesultanan dan Kasunanan Surakarta, Jenderal de Kock menerapkan taktik strategi militer Stelsel Benteng.

Dalam taktik itu, Belanda mengerahkan seluruh strategi perangnya. Seperti memadukan antara manuver kolone dengan pembangunan benteng, strategi blokade politik, isolasi politik, politik belah bambu, adu domba, penelitian sosio-budaya oleh ilmuwan orientalis.

De Kock juga menyebarkan seruan kepada Diponegoro dan pengikutnya yang berada di Selarong. Namun dibalas dengan tolakan untuk berdamai, dan akhirnya Belanda menyerbu Selarong. Sialnya, pasukan Diponegoro berhasil mencium rencana tersebut.

Alhasil operasi pengejaran (marching, fighting, camping) selama 1825-1827 yang diprakarsai oleh Jenderal de Kock telah gagal menangkap Diponegoro. Belanda pun kembali merayu Diponegoro pada pertengahan tahun 1827.

Ketika itu, de Kock menugaskan seorang pengusaha berkebangsaan Inggris William Stavers dan pengusaha keturunan Arab Ali Chalif menawarkan kepada Diponegoro untuk memilih tanah di mana saja asal bersedia menghentikan peperangan. Lagi, tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh sang pangeran.

Akhirnya pada 28 Maret 1830, Jenderal de Kock berhasil menangkap pasukan Diponegoro di Magelang, yang berujung pada penyerahan diri Pangeran Diponegoro dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Usai ditangkap, pada tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro beserta anak buahnya dibawa ke tempat pembuangannya di Manado.

Kemudian pada tahun 1834 Diponegoro dipindahkan ke kota Makasar, dan tepat pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dalam usia kira-kira 70 tahun, setelah menjalani masa tawanan selama 25 tahun.

Kerugian yang diderita Belanda

– Pembangunan benteng stesel: 25 juta Gulden
– Defisit anggaran: 18 juta Gulden

Strategi plan de champagne Jenderal de Kock:

1. Membuat persekutuan dengan Sunan Surakarta dan Mangkunagoro.
2. Merebut sasaran strategis, yaitu nagara Yogyakarta.
3. Mengamankan jalur komunikasi darat Surakarta-Klaten dan Klaten- Yogyakarta, Semarang- Salatiga dan Salatiga-Surakarta, pantai utara antara Semarang-Rembang, Pekalongan-Semarang
4. Membebaskan daerah-daerah milik Kesultanan seperti Serang, Ngawi, dan Madiun.
5. Membebaskan daerah milik Pemerintah Hindia Belanda di Demak, Rembang, Jabarangkah (Karesidenan Pekalongan), Banyumas, Kedu, dan Bagelen sampai batas sungai Bogowonto.
6. Memanggil pasukan-pasukan yang beroperasi di luar Jawa dan menetapkan garis awal di beberapa pelabuhan pendaratan di Pantai Utara.
7. Merekrut mata-mata perang untuk mencari informasi tentang lawan

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini