Ini Kisah Cak Nur Tolak Partai Islam Tapi Minta Dukungan Partai Keadilan Saat Nyapres

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Salah satu pandangan pembaruan seorang Nurcholis Madjid yang terkenal adalah pernyataannya,  “Islam,Yes; Partai Islam, No.” Sikap itu seperti menjadi bumerang ketika Cak Nur, panggilan akrabnya, meminta Partai Keadilan (sekarang PKS) mendukungnya sebagai calon presiden (nyapres) 2004.

Seperti diketahui Partai Keadilan adalah tergolong Partai Islam kala itu karena didukung tokoh-tokoh lulusan Eropa dan Timur Tengah, seperti Hidayat Nur Wahid.

Seketika itu, paradigmanya soal Partai Islam berubah sambil menjelaskan saat dia mengungkapkan penolakan terhadap Partai Islam.

Menurut Cak Nur menyampaikan jargonnya yang terkenal itu, saat menyampaikan pidatonya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) awal 1970 di acara acara halalbihalal bersama Gerakan Pemuda Islam (GPI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Pelajar Islam Indonesia (PII).

Pernyataannya itu terdapat pada pidatonya yang berjudul “Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat.”

Maka ketika Hidayat Nur Wahid mempertanyakan alasannya meminta dukungan Partai Keadilan untuk maju menjadi calon presiden, tokoh pembaharu Islam tersebut menjelaskan di era awal Orde Baru, partai Islam belum bisa mengemas secara apik bahasa agama ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang plural.

Sementara menjelang Pemilu 2004, Cak Nur melihat Partai Keadilan sudah sanggup melakukannya dengan baik sebagai partai Islam, sehingga saat itu jargonnya dia ubah “Islam Yes, Partai Islam Yes.”

Namun, saat itu Cak Nur bukan menjadi calon presiden yang diusung Partai Keadilan, melainkan sedang mengikuti konvensi calon presiden dari Partai Golkar. Dia hanya meminta dukungan Partai Keadilan akan memperkuat peluangnya lolos sebagai presiden.

Tetapi, Cak Nur pun mundur dari konvensi Partai Golkar. Selain karena Akbar Tanjung ikut dalam konvensi, dia juga tidak sanggup ketika ditanya “gizi” yang dibawanya ketika menyampaikan visi dan misinya sebagai calon presiden di seluruh pengurus Partai Golkar.

Gizi yang dimaksud adalah uang yang bisa diberikan kepada para pengurus partai Orde Baru berlambang beringin tersebut dari Sabang sampai Merauke.

Cak Nur adalah tokoh yang lahir di Jombang 17 Maret 1939 di lingkungan pesantren Nahdlatul Ulama (NU). Dia tumbuh dewasa di lingkungan pesantren termasuk di Pesantren Modern Gontor.

Setahun setelah pencalonannya menjadi presiden yang gagal, Cak Nur berpulang pada 29 Agustus 2005 di Jakarta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini