MINEWS.ID, JAKARTA – Selama ini kita selalu mengenal Amerika Serikat sebagai polisi dunia yang mengidentifikasi dirinya selalu memenangkan perang . Tapi predikat itu tidak berlaku di Vietnam.
Bagi warga Amerika Serikat, tentaranya diyakini tidak pernah memenangkan perang yang menjadi dalih menghalangi penyebaran paham komunis di Asia Tenggara tersebut.
Dalam sebuah jajak pendapat musim panas 1967, dukungan warga AS untuk perang tersebut menurun hingga 50 persen. Umumnya mereka menilai pemerintahannya tidak perlu mengirimkan tentara untuk berperang di sana.
Penolakan tersebut wajar karena warga AS umumnya tidak mengetahui Vietnam itu apa? Terletak di mana? Maka mereka menganggap sejak pertama mengirimkan batalion misil Hawk Korps Marinir ke Da Nang, Vietnam, pemerintahannya sudah terlibat pada perang yang sia-sia.
Pengiriman 9 Februari 1965 itu adalah penugasan besar-besaran tentara AS pertama ke Vietnam.
Dugaan rakyat Paman Sam tersebut terbukti. Selama 10 tahun, hingga Vietnam Selatan dan AS akhirnya menyerah 30 April 1975 tidak banyak pertempuran yang mereka menangkan.
Hanya propaganda Penerintahan AS dari Kennedy hingga Gerarld Ford lah yang selalu menyebutkan Amerika memenangkan Perang Vietnam.
Padahal pertempuran melawan gaya gerilya tentara Vietnam Utara, Vietcong, sering membuat pasukan AS kocar-kacir. Meski peralatan mereka canggih waktu itu namun “buta” akan situasi hutan dan kawasan di Vietnam membuat banyak tentang AS tewas karena jebakan-jebakan mematikan Vietcong.
Bahkan ada satu pertempuran yang selama ini ditutup-tutupi AS. Itu adalah pertempuran Fire Base Ripcord.
Pertempuran 23 hari tersebut melibatkan Divisi 101ST Airborne dengan Tentara Rakyat Vietnam. Tepatnya terjadi pada 1 sampai dengan 23 Juli 1970.
Lembah A-Shau menjadi saksi tak berdayanya US Army menghadapi tentara-tentara Vietcong yang berpenampilan sederhana. Hasilnya 75 tentara AS tewas dan 3 lainnya dinyatakan hilang dalam aksi. Tentara Vietnam Utara saat itu mencapai 25 ribu personel.
Akhir Perang Vietnam sebenarnya justru diawali dengan pengunduran diri Presiden Vietnam Selatan, Nguyen Van Thieu sendiri.
Thieu merasa Amerika Serikat ingkar janji soal dana bantuan militer untuk melawan Vietnam Utara yang sudah disepakati.
Pengunduran diri tersebut tentu saja dimanfaatkan tentara Vietnam Utara yang segara mengambil alih Saigon dan kekuasaan Thieu.
Amerika Serikat pun harus mengakui kekalahan. Bersama sekutu Presiden Thieu lainnya seperti Korea Selatan, Australia, Filipina, Selandia Baru, dan Thailand terpaksa hengkang dari bumi Indochina.
Mereka pergi dengan meninggalkan para prajuritnya yang gugur untuk perang sia-sia. Di antara negara sekutu Vietnam Selatan, yang paling banyak tewas adalah tentara AS hingga 58.315 orang.
Namun, hasil perang yang menghasilkan reunifikasi Vietnam tersebut menjadi Republik Sosialis memang dirasakan tidak memberikan apa-apa buat AS, terutama rakyatnya yang tidak pernah mau membanggakannya.