MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tak kenal Ibnu Sina? Seorang tokoh kedokteran modern yang selesaikan semua ilmu saat masih berusia 18 tahun. Beberapa bulan hidup dipenjara karena kezaliman penguasa, tak menghalangi ia untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ibnu Sina bernama lengkap Abu Ali al-Husain ibnu Abdillah ibn Hasan ibnu Ali Sina atau Barat menggenalnya dengan panggilan Avicenna. Ia menjadi ilmuan berpengaruh di abad pertengahan. Al-Quran dan sastra telah ia pelajari sejak berumur 10 tahun, pengetahuan tentang tauhid dan dasar-dasar Islam tidak lagi diragukan padanya.
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina banyak belajar tentang logika dasar kedokteran. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai ilmu, bahkan ia mahir dalam bidang kedokteran.
Kemampuannya terlihat ketita Raja Bukhara Nuh bin Mansur jatuh sakit. Ia memanggil dan menjadikan Ibnu Sina sebagai dokter pribadi untuk membantu proses penyembuhannya.
Kemampuan Ibnu Sina dalam dunia kedokteran mulai dikenal karena ia berhasil menyembuhkan Raja Bukhara dari sakitnya. Berkat hal ini, Ibnu Sina mendapat hadiah dari sang sultan berupa akses untuk menggunakan perpustakaan Istana Samanid.
Hal ini menjadi kabar gembira bagi Ibnu Sina. Ia menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan untuk belajar dan mempelajari buku yang belum pernah ia temukan. Hal ini sesuai dengan keinginan orang tuanya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menuntut ilmu.
Dalam biografinya, Ibnu Sina berkata, “semua buku yang aku inginkan ada di situ. bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya… ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.”
Sejak itu, ia mulai mengabadikan pemikirannya melalui karya tulis ilmiah, risalah, bahkan kitab sekalipun. Kegigihannya dalam belajar dan menggali ilmu terliat pada usia 21 tahun, Ibnu Sina telah menghasilkan 240 tulisan yang mencangkup berbagai lintas bidang keilmuan, seperti kedokteran, matematika, geometri, astronomi, fisika, musik, bahkan puisi.
Lama hidup di istana dengan segala fasilitasnya, membuat perkembangan keilmuan Ibnu Sina semakin melejit. Dari dalam perpustakaan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’.
Dalam biografi Ibnu Sina, disebutkan kitab Qanun dan Al-Syifa’ telah menjadi rujukan utama dalam dunia kedokteran, bahkan menjadi landasan perkembangan ilmu kedokteran hingga saat ini. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman.Kitab itu mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan juga berbagai macam penyakit.
Penyakit yang sekarang populer semacam kanker, tumor, diabetes dan efek placebo hingga bedah tumor tak luput dibahas dalam buku itu.
Di lain itu, tulisan-tulisan pendukung yang berbentuk jurnal juga menyinggung dasar-dasar psikologi. Ibnu Sina telah mempelopori psikofisiologi, psikosomatik, dan neuropsikiatri, Beberapa penyakit yang dibahas dalam jurnal tersebut diantaranya halusinasi, insomnia, mania, demensia, dan vertigo.
Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Di luar kedokteran, Ibnu Sina juga sangat berperan andil dalam penyusunan sistem filsafat Islam. Ia menerangkan dengan rapi sebuah pekerjaan besar menjawab persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. Ibu Sina menggunakan keilmuan Islamnya untuk menuntaskan persoalan-persoalan filsafat yang dikemukakan ilmuan Barat.
Ibnu Sina bukan hanya menjadi tokoh yang diakui Muslim seluruh dunia. Ia juga menjadi pelopor ilmu kedokteran eksperimental yang diakui Eropa sampai abad ke-17.
Kitab-kitabnya mengenai ilmu kekdokteran banyak dijadikan sebagai referensi para sarjana-sarjana kedokteran dari Barat. Nama Ibnu Sina bahkan banyak diabadikan sebagai nama tempat di beberapa negara di dunia. Ibnu Sina menjadi contoh perkembangan besar peradaban Muslim di zamannya.
Ibnu sina ia lahir pada Ia lahir pada tahun 370 hijriyah atau 980 M di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara wilayah Uzbekistan. Sementara ia meninggal pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun di Hamedan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia. (Maropindra Bagas)