MATA INDONESIA, JAKARTA – Jika mendengar ‘harta karun’, pasti hal pertama yang terlintas di pikiranmu adalah harta besar. Berupa perhiasan dan emas yang tidak tahu darimana asal-usulnya.
Namun pernahkah kamu berpikir, dari mana asal-usul nama harta karun ini?
Menurut asal-usulnya, kata karun berasal dari nama Qarun, sepupu Nabi Musa AS, yang disebutkan pula dalam QS Al-Qashash 28:76 – 82.
Qarun adalah sosok yang multitalenta. Ia mendapat julukan “munawir” karena suaranya yang sangat merdu saat membaca kitab Taurat. Ia juga terkenal sebagai pengikut ajaran Ibrahim yang sangat saleh.
Namun, ia hidup dalam kemiskinan. Saking miskinnya, ia sampai tak sanggup menafkahi anaknya yang banyak. Akhirnya ia memohon kepada Nabi Musa AS untuk mendoakannya agar ia memiliki harta berlimpah.
Ia juga berjanji, jika Allah SWT mengabulkan permintaannya, ia akan meningkatkan ibadahnya. Nabi Musa AS yakin bahwa Qarun akan menepati janjinya itu. Itu sebabnya Nabi Musa AS menuruti permintaan sang sepupu.
Doa Nabi Musa AS pun dikabulkan oleh Allah SWT. Qarun mendapat rezeki dari Allah melalui hewan ternaknya yang beranak pinak dengan cepat. Lambat laun hewan ternaknya ini menghasilkan kekayaan untuknya. Ia menjadi peternak sukses.
Ia memiliki bergudang harta yang berisi emas dan perhiasan lainnya yang berlimpah ruah. Bahkan saking kayanya, setiap harinya Qarun selalu bergonta-ganti pakaian mewah, memiliki 600 pelayan, memiliki 4.000 pengawal, dan memiliki 4.000 hewan ternak yang sehat.
Tak ada seorang pun yang menandingi kekayaannya. Qarun berhasil menjadi orang paling kaya yang hidup di zaman Nabi Musa AS. Kehidupannya benar-benar berubah 180 derajat.
Namun sayangnya, harta membutakan segalanya dan membuatnya mengingkari janjinya. Seketika, ia berubah menjadi orang kaya yang sombong dan tidak pernah bersedekah.
Ia selalu merasa seluruh kekayaannya adalah hasil kerja keras dan kecerdasannya. Ia lupa bahwa semua itu berkat Allah SWT. Ia terlalu asyik dengan kesenangan duniawi dan menyalahgunakan harta yang diberikan oleh Allah SWT untuk dipamerkan kepada orang-orang di sekelilingnya, digunakan untuk berfoya-foya, mabuk-mabukan, dan segala hal yang berujung pada kesesatan.
Beberapa mukminin pernah mengingatkannya bahwa harta yang saat itu ia miliki hanyalah sementara. Dan nantinya akan ada pertanggungjawaban kepada Allah SWT. Namun nasehat seperti itu seperti angin lalu.
Bahkan, seiring bertambahnya harta, ia jadi jarang beribadah, bahkan mengkhianati Allah SWT dengan cara menyembah sobek, sebuah berhala berkepala buaya. Ia juga telah mengkhianati Nabi Musa AS.
Hingga suatu hari, Nabi Musa AS mendapat utusan dari Allah SWT untuk menunaikan zakat. Kemudian, Nabi Musa memerintahkan salah satu pengikutnya untuk meminta zakat kepada Qarun.
Ketika Nabi Musa meminta zakat, Qarun marah-marah dan tak memberikan sepeser pun hartanya. Ia sama sekali tak sudi memberikan hartanya karena ia selalu beranggapan bahwa harta yang ia miliki adalah hasil kerja kerasnya.
Qarun juga sangat marah dengan Nabi Musa AS perihal zakat. Oleh karenanya ia berusaha menghancurkan citra Nabi Musa AS dengan cara menyewa seorang wanita untuk menuduh Nabi Musa AS melakukan perbuatan tak senonoh.
Puncak kedurhakaan Qarun adalah pada saat ia merasa menjadi manusia yang paling baik dan terhormat dari manusia lainnya. Ia mengatakan tak butuh nasihat. Bahkan ia tak merasa takut atas ancaman dari Allah SWT.
Ia sama sekali tak merasa khawatir akan berbagai hal. Karena ia memiliki harta yang berlimpah.
Akibat kedurhakaannya, Allah SWT pun memberinya azab. Ia tenggelam ke dalam perut bumi bersama dengan seluruh hartanya. Itulah sebabnya, harta di dalam bumi kerap sebutannya adalah harta karun.
Reporter: Intan Nadhira Safitri