MATA INDONESIA, NEW YORK – Ribuan orang di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa mencetuskan Hari Pengangguran Internasional pada 1930 yang dilakukan karena perekonomian negara adidaya tersebut mengalami krisis yang berdampak besar selama 10 tahun.
Perekonomian AS padahal sedang maju-majunya serta kekayaan negara lebih dari dua kali lipat, bahkan periode kemajuan tersebut diberi nama “The Roaring Twenties”. Sayangnya, pada 1929-1939, AS yang saat itu dipimpin oleh Presiden Herbert Hoover mengalami masa Depresi Besar yang kemudian memporakporandakan perekonomian Paman Sam.
Dalam sejarah ekonomi dunia, ada istilah “Black Thursday” dan “ Black Tuesday” penyebutan ini diberikan oleh para pemegang saham di AS yang merasakan dampak dari kedua hari tersebut.
Black Thursday terjadi pada 24 Oktober 1929, hampir 13 juta lembar saham berpindah tangan dalam waktu sehari, di hari yang sama Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami penurunan saham 11 persen. Lima hari setelahnya, Black Thursday terjadi pada 29 Oktober 1929 dimana pasar saham mencapai titik terparah. 16 juta lembar saham terjual dalam kepanikan.
Anehnya, setelah hari kelam tersebut mendadak daya beli masyarakat di AS turun, investasi menyusutnya, dan ujung-ujungnya pengangguran membengkak. Pada 1930 jumlah penganggur di AS, Inggris dan Jerman tembus ke angka 4 juta, 1931 meningkat 6 juta, dan 1933 menjadi yang terparah karena mencapai angka 15 juta orang.
Seluruh dunia bereaksi. Rusia kemudian melakukan marathon rapat yang dilaksanakan Februari 1930. Komite Eksekutif Partai Komunis Internasional (ECCI) di Moskow kemudian menyatakan 6 Maret 1930 sebagai “Hari Internasional” untuk melakukan protes massal di seluruh dunia. Hal ini kemudian disusul aksi simpatisan Partai Komunis di Berlin, Jerman.
Awalnya dijadwalkan pada 26 Februari 1930, kemudian diubah karena tanggalnya karena dinilai mepet untuk persiapan aksi Partai Komunis AS (CPUSA). Mereka kebingungan dengan tanggal aksi karena sedang melakukan penyebaran majalah bulanan partai, The Communist.
Presidium ECCI, Dmitry Manuilsky yang juga sebagai sekretaris Komintern menginfokan jumlah pengangguran di AS sebesar 6 juta orang, disusul oleh Jerman 3,5 juta, dan Inggris lebih dari 2 juta. Diperkirakan ada 17 juta pekerja yang menganggur bila ditotalkan secara keseluruhan, termasuk 60 juta anggota keluarga juga ikut merasakan.
Dengan angka tersebut, Komintern segera menyerukan khususnya partai anggota Komunis Internasional untuk menjalankan aksi Hari Pengangguran Internasional. Di AS, partai CPUSA menciptakan Persatuan Liga Serikat Buruh (TUUL) untuk mengoordinir aksi. Mereka menyebarkan topik propaganda ke masyarakat dengan dua slogan, “Work or Wages” dan “Fight! Don’t Starve”.
Sejarawan Harvey Klehr, memperkirakan jumlah demonstran yang mengikuti aksi melampaui ekspektasi CPUSA. Diinfokan aksi tersebut diikuti oleh 110 ribu orang, namun menurut catatan New York Times yang juga dilampirkan Klehr dalam bukunya, hanya 35 ribu orang yang ikut.
Terlepas dari penentuan jumlah demonstran, aksi tersebut berlangsung rusuh. Pimpinan Partai Komunis AS (CPUSA), William Z Foster berseteru dengan Komisaris Polisi Kota New York, Grover Whalen hingga menimbulkan ketegangan. Whalen melarang massa yang awalnya berkumpul di Union Square untuk menuju balai kota, dengan beralasan tidak memiliki izin. Foster yang kesal, mengumumkan ke masa “Apakah kalian menerima jawaban itu?”
Massa merespons pertanyaan Foster dan segera menyerang ke lokasi tujuan. Whalen yang tak bisa tinggal diam memerintahkan 1000 pasukan polisinya untuk menangkap siapa saja yang berani masuk ke balai kota. Ironisnya, dalam adegan penyerangan tersebut terdengar jeritan perempuan dan laki-laki kesakitan karena kepala dan wajahnya berlumuran darah. Hingga akhirnya Whalen berhasil menangkap Foster dan para petinggi lain, Robert Minor, Harry Felton, dan Israel Amter di tangga balai kota kemudian mereka dijatuhi 3 tahun penjara karena diangap sebagai tokoh provokasi.
Selain New York, Detroit dan Chicago juga melancarkan aksi Hari pengangguran Internasional. Di Detroit, massa yang mengikuti aksi ada 100 ribu orang, 25 ribu di antaranya berseteru melawan polisi selama 3 jam dan menghasilkan 26 orang masuk rumah sakit karena terluka serta 24 orang ditangkap.
Sementara di Chicago, pada minggu pertama di bulan Maret polisi berhasil menangkap 150 orang. Aksi tersebut berlangsung selama 10 hari dengan melibatkan 50 ribu orang. Aksi tersebut juga diikuti oleh beberapa negara bagian seperti Boston, Milwaukee, Pittsburgh, Philadelphia, Cleveland, Youngstown, Ohio, Washington, San Francisco, Los Angeles, Seattle, Denver, dan Baltimore.
CPUSA mendata terdapat lebih dari 30 kota di AS yang mengikuti aksi Hari Pengangguran Internasional dengan total peserta 1,25 juta orang. Surat Kabar milik Partai Komunis AS, The Communist memberitakan aksi sukses membangkitkan kesadaran massa terhadap masalah pengangguran di AS.
Di Eropa, khususnya di Berlin, Jerman menjadi yang paling rusuh ketika demonstrasi. Simpatisan Partai Komunis Jerman mengabaikan dekrit larangan aksi, alhasil terjadi bentrok hingga malam hari. Sejumlah kota juga ikut berpartisipasi seperti Hamburg, Munich, serta Halle. Dua orang tewas dalam aksi tersebut. Di Wina, Austria aksi dilakukan dengan sekitar 2.500 demonstran yang bertemur melawan polisi. Sejumlah orang terluka dan tujuh orang ditangkap.
Di London, Inggris sempat terjadi kerusuhan yang membuat sejumlah demonstran dan polisi terluka. Kejadian tersebut dilakukan di Tower Hill. Para demonstran mendengarkan pidato Tom Mann dan Jack Gallagher, dua petinggi Gerakan buruh Inggris. Hal serupa juga terjadi di Manchester dengan melibatkan banyak pekerja.
Karena dilarang otoritas berwenang, aksi di Paris, Prancis hanya dihadiri 2.500 orang. Sementara di Sevilla, Spanyol aksi diikuti ribuan orang para pekerja bangunan.
Bagi ECCI, jumlah peserta aksi dinilai sedikit tidak sebanding dengan jumlah pengangguran yang ada, sehingga menurut mereka partai komunis yang menjembatani politik tidak berjalan. Sementara, pihak CPUSA berhasil menjaring total 6.167 anggota baru di Hari Pengangguran Internasional serta sukses membuat Whalen dikecam publik karena aksi penanganannya yang brutal sehingga membuat dirinya mengundurkan diri.
Keberhasilan di Hari Pengangguran Internasional hanya berlangsung sesaat. Sejarawan Harvey Klehr menilai penangkapan massa komunis di hari aksi lebih banyak dibanding dengan massa pekerja yang marah karena krisis ekonomi. Akibatnya, pada 22 Mei 1930 DPR AS membentuk sebuah tim yang dinamakan “Special Committee to Investigate Communist Activities in the United States” untuk menyelidiki segala kegiatan komunis di AS.
Pembentukan tersebut menjadi cikal bakal sebuah lembaga baru yang didirikan pada 1938 bernama “House Un-American Committee” (HUAC) yang bertugas untuk menginvestigasi segala kegiatan berbau komunis di AS selama Perang Dingin (1947-1991). Dan tak lama kemudian Partai Komunis AS dilarang.
Reporter : Rama Kresna Pryawan