Hanya Mansa Musa yang Bisa Membangkrutkan Sebuah Negara

Baca Juga

MATA INDONESIA, NIANI – Tak terbayang. Seorang raja dari Mali berhasil membangkrutkan negara-negara di kawasan Afrika Utara. Hanya karena dengan entengnya ia membagi-bagikan emas sepanjang jalan kepada orang-orang. Nama raja itu adalah Mansa Musa. Orang terkaya sepanjang sejarah dunia.

Mansa Musa, seorang penguasa Afrika Barat di abad ke-14 yang lahir pada tahun 1280. Sejak awal, ia memang merupakan keturunan penguasa Afrika. Ia memiliki saudara laki-laki bernama Mansa Abu-Bakr, yang memimpin Kerajaan Mali hingga tahun 1312.

Namun, Mansa Abu-Bakr turun takhta karena ia pergi untuk sebuah ekspedisi ke Samudera Atlantik. Dengan mengerahkan armada sebanyak 2.000 kapal. Sayangnya hingga kini tak ada kabar mengenainya. Ia tak pernah kembali lagi ke Kerajaan Mali. Kabarnya ia bersama rombongannya tenggelam karena badai.

Akhirnya, Mansa Musa lah yang menggantikan takhta saudaranya. Kerajaan tersebut membentang sepanjang 3.128 kilometer, terhitung dari Samudera Atlantik, Niger, Mauritania, Senegal, Gambia, Burkina Faso, Guinea-Bissau, Republik Guinea, hingga Pantai Gading.

Di masa kepemimpinannya, ia berhasil membuat Kerajaan Mali berkembang dengan pesat. Dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas dan memiliki sumber daya alam yang sangat besar. Ia juga berhasil menguasai 24 kota baru, termasuk Timbuktu.

Prakiraan sumber daya emas yang dimilikinya hampir mencapai setengah dari jumlah emas yang beredar di kawasan Dunia Lama. Ia benar-benar memiliki akses yang hampir tak terbatas terhadap sumber daya paling bernilai yang dimiliki kerajaannya.

Bahkan, wilayah-wilayah yang memiliki pusat perdagangan besar dengan emas sebagai alat tukarnya pun adalah wilayah kekuasaannya. Aktivitas perdagangan inilah yang juga menjadi sumber kekayaannya.

Namun, meski memiliki sumber daya yang kaya, Kerajaan Mali tidak dikenal banyak orang. Kerajaan Mali baru terkenal saat Mansa Musa melakukan perjalanan haji ke Mekkah melalui Gurun Sahara dan Mesir.

Dalam perjalanan haji ini, ia membawa banyak rombongan. Diyakini ada sekitar 60.000 orang yang menjadi rombongannya. Ia membawa seluruh hakim dan pejabat kerajaan, tentara, penghibur, pedagang, serta 12.000 budaknya.

"Mansa

Bahkan, ia juga membawa serombongan unta, sapi, dan kambing untuk membawa ratusan kilogram emas murni, hingga persediaan makanan dan minumannya.

Ini benar-benar pemandangan yang luar biasa. Seluruh rombongan termasuk pula para budak mengenakan pakaian dengan aksen brukat emas dan sutra terbaik dari Persia.

Adapun kota yang paling mendapatkan kesan atas perjalanan haji Mansa Munsa ini adalah Kairo. Selama berada di kota ini Mansa Musa membagikan emas batangan secara cuma-cuma kepada warga di sana. Namun akibat kedermawanannya, ia sampai membuat harga emas di Kairo anjlok selama sepuluh tahun dan menghancurkan perekonomian di kota tersebut.

Diperkirakan, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh Mansa Musa adalah senilai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 21,4 triliun.

Untuk membayar rasa bersalahnya, ketika ia selesai melakukan ibadah haji dan kembali melintasi Mesir untuk pulang ke kerajaannya, Mansa Musa menarik sebagian emas dari peredaran melalui skema pinjam dengan suku bunga yang sangat tinggi.

Bahkan, menurut Lucy Duran dari School of African and Oriental Studies di London, para pengawalnya pun sampai marah dengan ‘kedermawanan’ Mansa Musa yang berlebihan. Mereka beranggapan Mansa Musa terlalu menghambur-hamburkan emas yang menjadi sumber daya kerajaannya untuk wilayah yang bukan termasuk wilayahnya.

Fokus ke Pendidikan

Selain dermawan, Mansa Musa juga menjadi raja yang sangat menjunjung tinggi pendidikan. Kala itu, sekembalinya ia dari Mekkah, ia mengajak sejumlah cendikiawan Islam, para penulis puisi, hingga arsitek Andaluasia ke Afrika Barat.

Tujuannya tak lain adalah untuk mengembangkan seni, arsitektur, dan pendidikan di wilayahnya. Ia membangun masjid, sekolah, hingga perpustakaan. Akibatnya, dalam sekejab saja kota Timbuktu langsung berubah menjadi pusat pendidikan, dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia yang datang untuk belajar di sana.

Kini, pusat pendidikan itu terkenal sebagai Universitas Sankore. Adapun masjid-masjid di masanya, masih ada hingga saat ini. Dan menjadi masjid tertua di Timbuktu.

Namun sayangnya Kerajaan Mali mengalami kemunduran pasca Mansa Musa meninggal dunia di tahun 1337. Kala itu, sang anak yang menjadi pewaris Kerajaan Mali tak mampu menjaga keutuhan kerajaan. Akibatnya, sejumlah daerah memisahkan diri dari Kerajaan Mali dan lambat laun kerajaan itu pun runtuh.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini