MATA INDONESIA, JAKARTA-Siapa yang tak kenal grup lawak legendaris Warkop DKI. Beranggotakan tiga personil kocak, Dono, Kasino dan Indro, Tiga kembaran itu pada dekade 90-an selalu berhasil membuat perut siapa saja menjadi kaku lewat film-film mereka.
Dalam setiap aksinya, setiap anggota selalu memiliki peran masing-masing ketika berakting. Namun sepertinya, Dono memiliki peranan yang kocak dan paling sering mendapat kesialan.
Namun, dibalik itu semua ada fakta menarik dari seorang komedian Dono yang memang tak banyak diketahui orang. Selama hidupnya ia juga dikenal sebagai aktivis kampus, dosen, penulis, hingga fotografer.
- Pernah menjadi Ketua Osis semasa SMA
Selain kerap menyelipkan kritikan sosial, masih banyak fakta dari pelawak yang pernah menjadi ketua OSIS semasa SMA di Surakarta.
- Sempat menjadi asisten dosen
Setelah menamatkan jenjang S1, bapak dari tiga orang anak ini dipercaya menjadi asisten dosen jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, di Universitas yang sama Dono juga menjadi Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
- Dulu Dono sempat menjadi dosen Sosiologi
Sosok Dono begitu dikenal berkat karakter kocaknya sebagai seorang komedian yang ikonik, mungkin tidak banyak orang yang tahu jika Dono juga adalah seorang dosen Sosiologi di Universitas Indonesia.
- Sempat juga menjadi seorang fotografer
Majalah Matra edisi Juli 1992 mewawancarai Dono soal foto dan pornografi, ia diposisikan sebagai pakar fotografi, bersama Darwis Triadi.
Dono menulis! Foto aparat militer ‘mengamankan’ Dono yang memakai kaus bertuliskan Join us, we fight for a clean government, sempat viral di jejaring sosial.
Konon, foto tersebut diambil pada Peristiwa Mei 1998. Mudah ditebak, yang ramai menyebarkan foto Dono di jejaring sosial adalah para aktivis mahasiswa.
Mereka mengenal Dono sebagai aktivis sekadar dari foto, sehingga dengan gegabah aktivisme langsung dilekatkan dalam citra demonstran.
- Pernah bekerja di bagian redaksi surat kabar
Dono menggiatkan kritik terhadap Orde Baru melalui penerbitan koran mahasiswa, yang ia sertai dengan kartun-kartun bikinannya (Badil, dkk., 2010: xiii).
Dono pun dipercaya mengisi kolom opini surat kabar lokal di Solo, soal ini aktivis mahasiswa belum banyak yang tahu, selama belum beredar foto-fotonya. Maklum, kita sekarang hidup di zaman citra!