MATA INDONESIA, JAKARTA – Galak dan tegas. Gambaran khalifah kedua Khulafaur Rasyidin, Umar bin Khattab.
Hampir semua sahabat Nabi Muhammad SAW segan terhadap Umar bin Khattab. Bahkan malaikat kubur Munkar dan nakir pun takut saat menghadapi Umar.
Cerita Munkar dan Nakir takut kepada Umar bin Khattab diceritakan Rais Syuriah PBNU KH Bahauddin Nursalim atau biasa disapa Gus Baha. Menurut Gus Baha, dalam Kitab Nurud Dholam karya Syekh Nawawi Al-Bantani diceritakan tentang keberanian Umar dalam menghadapi Munkar dan nakir. Sewaktu Sayydina Umar wafat dan jasadnya sudah dikuburkan, orang-orang pun meninggalkan pemakaman. Hanya Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang berada di area pemakaman. Sayyidina Ali saat itu merasa penasaran ingin mengetahui bagaimana dialog yang akan terjadi antara dua makhluk yang sama-sama menyeramkan itu. “Suatu saat Sayyidina Ali agak jengkel dengan Umar bin Khattab karena begitu galaknya umar yang hampir setiap orang pernah dibentaknya, “Apa dia berani membentak munkar nakir. Tanya Sayyidina Ali waktu itu,” kata Gus Baha dalam pengajian di Channel Youtube Ngaji Gus Baha.
Akhirnya Ali bin Abu Thalib berdoa dan meminta kepada Allah SWT agar mukasyafah (membuka tabir) di alam kubur. Permintaan Ali tersebut di penuhi. Dalam mimpinya, Ali menyaksikan saat di dalam kubur Umar bin Khattab didatangi Munkar Nakir dengan mata yang sangat menyeramkan. Ali senang karena dalam pikirannya Umar bin Khattab pasti takut. “Tapi ternyata tidak, Umar bin Khattab justru bangkit dan membentak Munkar Nakir seraya berkata “Hai Munkar Nakir kalian tahu sedang berhadapan dengan siapa ? kalian itu sedang berhadapan dengan temannya Akhabbal Kholqi Ilallah (manusia yang paling dicintai Allah SWT),” kata Gus Baha. Akhirnya Munkar Nakir bertanya kepada Allah SWT, namun Allah SWT justru menyarankan kepada Munkar Nakir agar lebih sopan kepada orang mukmin seperti Umar bin Khattab. “Sejak kejadian tersebut Munkar Nakir tidak selalu berpenampilan menyeramkan,” kata Gus Baha
Sejak remaja Umar bin Khattab memang terkenal galak. Meski begitu ia adalah idaman kaum wanita. Umar memang lelaki idaman. Selain tegap dan perkasa, Umar adalah juara gulat dan pacuan kuda.
Pria pada zaman itu sudah biasa memiliki istri banyak dengan harapan mendapat banyak anak . Begitu juga Umar bin Khattab. Begitu masa mudanya mencapai kematangan, ia terdorong ingin menikah . Dalam hidupnya, Umar tercatat mengawini sembilan perempuan yang kemudian memberikan keturunan dua belas anak, delapan laki-laki dan empat perempuan.
Sesudah menjadi khalifah, maka dalam doa pertamanya ia berkata: “Allahumma ya Allah, aku sungguh tegar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah, aku ini lemah, berilah aku kekuatan. Ya Allah aku sungguh kikir jadikanlah aku orang pemurah.”
Hanya saja, dalam banyak kisah, penggambaran Umar bin Khattab justru sebagai lelaki lembut. Bahkan jika istrinya marah, ia lebih banyak diam.
Alkisah, suatu hari seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah, tak tahan dengan segala protes, keluh-kesah dan sumpah serapah keluar dari mulut istrinya. Begitu sampai di depan rumah Sang Khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar juga istri Umar yang mirip istrinya, marah-marah, protes ini itu.
Bahkan, bisa jadi cerewetnya melebihi istrinya. Tapi, tak sepatah kata pun terdengar keluhan dari mulut Sang khalifah. Umar diam saja, ia bahkan dengan sabar mendengarkan istrinya. Lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.
Saat ia tak sengaja bertemu dengan Sang Khalifah di serambi Masjid, ia langsung menanyakan kejadian itu. Kenapa Umar begitu sabar dengan Sang istri? Apa Jawaban Umar? “Wahai saudaraku, cinta adalah ketika kebahagiaan seseorang lebih penting dari kebahagiaanmu…”
Umar melanjutkan, “Istriku adalah yang memasak masakan untukku, mencuci pakaian-pakaianku, menunaikan hajat-hajatku, menyusui anak-anakku. Jika beberapa kali ia berbuat tidak baik kepadaku, aku selalu mengingat, keburukan itu tak ada harganya di banding jasa dan pengorbanannya untukku. Dengan seperti itu tak ada tempat yang tersisa untuk kesal dalam hatiku..”
Kegalakan umar menurut M Haikal, penulis biografi Umar Bin Khattab karena berawal dari masa remajanya. Karena ia melihat banyak ketidakadilan saat itu, Umar pun mulai bersikap keras dan nyaris fanatik dan sewenang-wenang.
Umar terkenal pintar sehingga Ia akan mempertahankan pendapatnya dengan ketajaman lidahnya.
Umar Bin Khattab merupakan sosok yang berbeda dari yang lain dalam hal dia belajar membaca dan menulis. Dari semua suku Quraisy, ketika Nabi berdakwah, hanya tujuh belas orang yang bisa membaca dan menulis. Menurut sejarawan, orang-orang Arab pada saat itu tidak menganggap literasi sebagai hak istimewa, bahkan mereka menghindarinya dan melarang anak-anaknya untuk belajar.
Umar juga menghafal banyak puisi dan membacanya kembali di mana pun dia mau. Ia pun mampu berbicara secara luas tentang penyair al-Hutai’ah, Hassan bin Sabit, az-Zibriqan’ dan lainnya.
Pengetahuannya tentang silsilah Arab cukup kuat, yang ia pelajari dari ayahnya, sehingga ia menjadi orang yang paling menonjol di bidangnya. Bahkan mungkin lebih dari yang lain. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan di antara orang-orang.
Reporter : Syifa Ayuni Qotrunnada