Intip Yuk! Inilah Potret Deretan Artis di Red Carpet LACMA Art and Film Gala 2021

Baca Juga

MATA INDONESIA, LOS ANGELES – Setelah setahun sempat tertunda karena pandemi, Lacma Art and Film Gala 2021 kembali hadir di Los Angeles County Museum of Art (LACMA), Amerika Serikat.

Tahun ini, LACMA menyelenggarakan ajang penggalangan seni tahunan yang ke-10nya dengan memberikan penghormatan untuk Steven Spielberg, Kehinde Wiley, dan Amy Sherald. Mereka merupakan seniman potret untuk Presiden Barack Obama dan ibu negara Michelle Obama.

Melansir dari Variety, perhelatan ini dipersembahkan oleh produk busana ternama, Gucci. Acara ini berlangsung pada 6 November 2021 waktu setempat.

Tamu undangannya pun bertabur bintang, termasuk Miley Cyrus, Billie Eilish, Jennie BLACKPINK, hingga salah satu pemeran ‘Squid Game’ pun turut hadir. Acara ini dipandu oleh Leonardo DiCaprio dan Eva Chow.

Berikut potret red carpet dari deretan para artis yang hadir dalam acara Lacma Art and Film Gala 2021.

1. Elle Fanning

Hadir di LACMA 2021, Elle tampil memukau dengan dress hiam tembus pandang. Penampilannya juga terlihat manis dengan sentuhan aksesoris bunga di bagian selangkanya.

2. Billie Eilish

Billie tampil seksi dengan balutan gaun jaring-jaring. Tak lupa dengan tambahan jaket bulu-bulu hitam membaluti tubuhnya.

3. Lil Nas X

Tampil nyentrik, Lil Nas X hadir di LACMA 2021 dengan busana serba kuning. Bagian lengannya menjadi perhatian publik karena dirimbuni oleh bulu-bulu cream.

4. Miley Cyrus

Miley Cyrus turut hadir dalam acara LACMA 2021 tahun ini. Ia mengenakan setelan Balenciaga dengan motif bunga-bunga yang serasi dengan tas jinjingnya.

5. Hailey Bieber

Hailey Bieber juga datang dalam perhelatan LACMA tahun ini. Ia memakai gaun berbentuk v neck putih dengan aksesoris gelang emas pada kedua tangannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini