Dewi Sartika, Sosok Dibalik Lahirnya Sekolah Pertama untuk Kaum Wanita

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA –  Dewi Satika menjadi perintis pendidikan untuk kaum wanita, sekaligus ia menjadi tokoh emansipasi. Dewi Sartika adalah pejuang yang mengajarkan anak-anak serta rakyat jelata untuk bisa baca tulis dan berbahasa Belanda.

Berkat kecintaannya kepada dunia pendidikan, pada tahun 1904 melalui bantuan kakeknya Dewi Sartika mendirikan sekolah khusus wanita bernama ‘Sekolah Isteri.’

Sekolah Isteri menjadi sekolah pertama bagi gadis-gadis Indonesia kala penjajahan terjadi di Tanah Air. Pada awalnya, sekolah itu terdiri dari dua ruangan, dua puluh orang murid, dan tiga orang pengajar : Raden Dewi Sartika, Ibu Purma, dan Ibu Uwit.

Tempat itu menjadi sentral pendidikan untuk wanita pribumi, khususnya rakyat jelata. Selain bahasa, di sana juga ditanamkan pendidikan tentang agama, kesehatan dan pengembangat bakat.

Perkembangan sekolahnya pun cukup pesat. Pada 1905 sekolahnya harus dipindahkan karena tidak lagi mampu menampung jumlah murid yang belajar.

Dia berusaha keras mendidikan para kaum wanita agar tidak lagi tertinggal perkembangan zaman atau kolot. Sayuti berniat para wanita menjadi istri dan ibu rumah tangga yang cerdas dan terampil.

Pada 1913 ia mendirikan organisasi ‘Kautaman Istri’ di Tasikmalaya. Organisasi ini menaungi sekolah-sekolah yang didirikannya yang sudah menyebar ke berbagai wilayah di Pulau Jawa.

Wanita kelahiran Cicalengka, Jawa Barat 4 Desember 1884  ini sejak kecil memang memiliki wawasan pengetahuan luas.

Meski belajar saat itu dilarang adat, tapi orang tuanya masih bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika, bahkan ke sekolah Belanda.

Dewi Sartika sangat menaruh perhatian pada pendidikan kaum wanita. Ia berharap dengan sekolahnya ini dapat membantu para wanita khususnya kaum pribumi dapat berdiri sendiri serta menjadi pribadi yang terampil.

Akibat usahanya, peremuan Pasundan khususnya mulai giat dalam hal pendidikan. Beberapa wilayah membentuk pengajaran yang tak jauh dari cita-cita pengajaran Dewi Sartika.

Dari pamannya ia mendapat didikan mengenai budaya dan adat Sunda, sedangkan wawasan lain diperolehnya berkat didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.

Akibat prestasinya, Pemerintah Hindia-Belanda memberikan penghargaan bintang jasa, yakni Orde van Oranje-Nassau kepada Dewi Sartika atas usahanya dalam dunia pendidikan.

Pada tahun 1947, akibat agresi militer Belanda, Dewi Sartika terpaksa mengungsi di saat para pejuang terus melakukan perlawanan terhadap Belanda. Saat itulah Dewi Sartika yang udah lanjut usia wafat di Cinean, Jawa Barat pada 11 September 1947. (Maropindra Bagas/R)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspada Ancaman Radikalisme Jelang Pilkada Papua 2024

Jayapura – Masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi munculnya ancaman radikalisme, terorisme serta tindakan intoleransi jelang Pilkada Serentak 2024. Menjelang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini