Home Kisah Demi Kecantikan, Elizabeth Bathory Mandi dan Minum Darah Gadis Muda

Demi Kecantikan, Elizabeth Bathory Mandi dan Minum Darah Gadis Muda

0
570

MATA INDONESIA, CACHTICE – Julukan wanita paling kejam dan haus darah pantas diberikan kepada Elizabeth Bathory. Ia  seorang bangsawan Hongaria yang dijuluki “The Blood Countess”.

Dalam sejarah Hongaria dan Slowakia, ia terkenal sebagai pembunuh berantai.

Semasa hidupnya, Elizabeth adalah pemuja kecantikan dan kesempurnaan. Sehingga ia rela melakukan apa saja demi mempertahankan kecantikannya.

Kala itu, saat usianya mulai menginjak 40 tahun, kulitnya mulai keriput dan menunjukan tanda-tanda penuaan. Sebenarnya hal ini lumrah terjadi pada wanita berusia 40 tahunan.

Suatu waktu, seorang pelayan wanita muda yang sedang menyisir rambut Elizabeth tak sengaja menariknya terlalu keras. Lantas, Elizabeth pun marah dan langsung menampar gadis tersebut.

Tamparan yang terlalu keras dari Elizabeth membuat hidung pelayan muda mengeluarkan darah, yang langsung mengenai telapak tangan Elizabeth. Saat itu Elizabeth berpikir bahwa darahlah yang memancarkan aura muda pada seorang gadis.

Akbat pemikiran ini, Elizabethh langsung memerintahkan pelayannya, Dorka dan Johannes Ujvari, untuk menelanjangi, menarik, dan mengikat pelayan muda tersebut ke bak mandi. Dengan kejam, ia kemudian memotong urat nadi gadis tersebut.

Darah pelayan muda terus mengucur ke dalam bak mandi hingga ia meninggal kehabisan darah. Setelah itu, Elizabeth langsung berendam ke dalam bak mandi yang berisi kubangan darah. Ia merasa telah menemukan apa yang diyakininya sebagai rahasia awet muda.

Kejadian keji ini terus terjadi secara berulang. Ia akan melakukan hal yang sama kepada pelayannya yang masih gadis. Bahkan dengan rasa senang, ia menyaksikan korban-korbannya sekarat, sambil sesekali meminum darah tersebut untuk mendapatkan aura inner beauty.

Ketika pelayan muda di kastilnya telah habis, Elizabeth pun merekrut gadis-gadis dari desa untuk menjadi pelayannya. Dan lagi, mereka akan bernasib sama dengan pelayan lainnya yang telah menjadi korban.

Keluarga Bangsawan

Elizabeth Bathory lahir dari keluarga bangsawan paling kaya di Hongaria, pada 7 Agustus 1560. Ia anak dari Georges Bathory dan Anna Bathory. Serta menjadi cicit dari Pangeran Stephen Bathory, salah satu Ksatria yang memimpin pasukan Vlad Dracul saat merebut kembali kekuasaan di Walachia seabad sebelumnya.

Sepupu Elizbeth adalah Perdana Menteri di Hongaria, sementara sepupunya yang lain menjadi Kardinal. Tak hanya itu, paman Elizabeth ada yang menjadi Raja di Polandia.

Meski selama ini terkenal sebagai keluarga terpandang. Ternyata keluarga Bathory juga memiliki sisi gelap. Salah satu paman Elizabeth ada menganut satanisme dan paganisme. Sepupunya yang lain juga memiliki kelainan jiwa sehingga gemar melakukan kejahatan seksual.

Elizabeth menikah di usianya yang ke-15 dengan Ferenc Nadasdy yang 10 tahun lebih tua darinya. Ferenc juga berasal dari keluarga bangsawan, namun kastanya lebih rendah. Hal inilah yang membuat Ferenc menggunakan nama Bathory.

Mereka tinggal di Istana Cachtice, kastil yang terletak di atas desa Cachtice. Setelah menikah, Ferenc memang jarang mendampingi Elizabeth lantaran harus berada di medan pertempuran melawan Turki Usmani.

Kesibukan sang suami membuat Elizabeth kesepian. Inilah yang membuat dirinya bermain api dengan kekasih gelap saat Ferenc bertugas. Bahkan, aksinya pun pernah ketahuan oleh Ferenc, namun ia memaafkannya.

Ternyata Elizabeth juga seorang biseksual. Ia berhubungan seksual dengan bibinya Klara Bathory. Demikian juga dengan para pelayannya.

Ia juga mulai terpengaruh satanisme karena pengaruh dari Dorothea Szentes atau Dorka, seorang pelayan terdekatnya. Karena Dorka, Elizabeth akhirnya menyenangi kepuasan seksual dengan cara penyiksaan.

Hal ini dilakukannya terhadap para pelayan wanita yang masih muda. Dengan bantuan beberapa pelayan terdekatnya, seperti Dorka, Anna Darvula (kekasih Elizabeth), suster Iloona Joo, dan pelayan pria Johaness Ujvari.

Lukisan Penyiksaan Elizabeth Bathory
Lukisan Penyiksaan Elizabeth Bathory

Bersama empat orang kaki tangannya, Elizabeth mengubah Istana Cachtice menjadi pusat penyiksaan seksual. Para pelayan yang masih gadis mendapat siksaan dengan berbagai bentuk penyiksaan yang kejam dan sadis.

Masih tak puas dengan gadis-gadis desa, Elizabeth pun mengincar gadis bangsawan rendahan dan menculiknya. Hilangnya gadis-gadis bangsawan dengan cepat menjadi perhatian di kalangan orang-orang berpengaruh, bangsawan, bahkan raja.

Iron Maiden

Berbagai laporan dan kesaksian mengatakan Bathory memasukkan para korban ke dalam alat penyiksaan bernama Iron Maiden. Membakar mereka, memukulnya sampai mati menggunakan tongkat, menuangkan air es ke tubuh mereka, dan membiarkan mereka membeku.

Ia juga menutupi tubuh korban dengan madu agar kulit mereka bersih dan tidak dimangsa serangga. Bathory juga kabarnya  menggigit potongan daging dari dada dan wajah para korban. Bathory menggunakan gunting sebagai instrumen favorit untuk memotong bagian tubuh para korban. Ada pula tuduhan kanibalisme hingga klaim bahwa mereka pernah melihat sang countess berhubungan seks dengan setan.

Kala itu, ada salah satu korban yang melarikan diri dan menceritakan kejadian di kastil tersebut kepada pihak berwenang. Akhirnya Raja Hongaria, Raja Matthias memerintahkan Gyorgy Thurzo, sepupu Elizabeth untuk menyelidiki hal ini.

Pada 30 Desember 1610, Gyorgy Thurzo, sepupu Elizabeth, membawa pasukan tentara untuk melakukan penyelidikan ke Istana di malam hari. Betapa terkejutnya mereka begitu menyaksikan pemandangan yang mereka temukan.

Ada seorang gadis yang terkapar di atas meja makan. Ada pula gadis sekarat yang terikat di tiang dengan kedua nadi yang tersayat hingga menetaskan darah.

Konon kabarnya Gyorgy sempat muntah melihat kekejaman ini. Ia juga menemukan belasan gadis yang di dalam tahanan. Kondisinya semua telanjang. Dan yang membuat Gyorgy semakin mual ketika di basement, ia menemukan lebih dari 50 mayat yang sudah mulai membusuk.

Seluruh penghuni istana pun di seret ke pengadilan. Saat peradilan, tercatat ada 650 nama yang menjadi korban pembunuhan Elizabeth. Korban-korban tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari keluarga petani hingga bangsawan.

Mereka semua mengalami siksaan selama berbulan-bulan. Yang masih hidup mengalami trauma hingga cacat badannya.

Pengadilan memutuskan mengantung empat pelayan Elizabeth dan beberapa pengawal istana. Namun hal ini tidak berlaku bagi Elizabeth lantaran ia adalah seorang bangsawan.

Sebagai gantinya, di tahun 1610, Raja Hongaria melakukan pengurungan terhadap Elizabeth selama sisa hidupnya di kamarnya di Istana Cachtice.

Di kamar tersebut, jendela dan pintu kamar sengaja tertutup tembok supaya Elizabeth tidak bisa melarikan diri. Hanya menyisakan satu celah kecil saja untuk memasukan makanan dan minuman ke dalam kamar.

Suatu ketika, di tahun 1614, seorang penjaga melihat makanan untuk Elizabeth tidak tersentuh sama sekali selama seharian. Karena penasaran, ia mengintip ke dalam celah dan melihat Elizabeth tergeletak di lantai dengan wajah tertelungkup.

Elizabeth meninggal pada 21 Agustus 1614 di usianya yang ke-54 tahun.

Kisah Elizabeth Bathory diangkat dalam sebuah film berjudul The Countess dan tayang perdana pada 2009, di Festival Film Internasional Berlin ke-59. Film The Countess kemudian tayang kembali di Festival Film Cannes 2010. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Julie Delpy, yang juga memerankan tokoh utama, Erzsebet Bathory.

 

 

Reporter: Intan Nadhira Safitri

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here