MATA INDONESIA, NEW YORK – Musuh utama Fidel Castro adalah Amerika Serikat. Hingga akhir hayatnya, Castro, pemimpin Kuba itu terus bermusuhan dengan pemerintahan Amerika Serikat. Namun, dibalik kebencian Fidel Castro terhadap Amerika, diam-diam pemimpin yang suka menghisap cerutu ini ternyata mencintai New York, kota di Amerika Serikat yang dijuluki Big Apple.
Kisah cinta Castro dengan New York dimulai saat tahun 1948 Fidel bersama istrinnya Mirta Diaz-Balart mengunjungi kota New York, Amerika Serikat. Tujuan mereka berdua yaitu untuk berbulan madu dan menetap selama tiga bulan.
Lulusan hukum Universitas Kuba yang saat itu berusia 22 tahun langsung terpesona oleh indahnya kota tersebut. Diketahui kunjungan itu merupakan yang pertama kalinya oleh Fidel Castro.
Dirinya langsung melihat kereta bawah tanah, gedung pencakar langit dan menikmati hidangan steak yang sangat nikmat. Selain itu, Fidel Castro juga menemukan buku buku karya Marx, Das Kapital yang selama ini ia cari. Untuk tempat tinggal, ia menetap di sebuah bangunan berwarna coklat di Upper West Side, New York.
Namun, kisah mereka berdua putus begitu saja pada tahun 1955. Perceraian itu terjadi karena Mirta Diaz-Balart menemukan surat cinta Fidel Castro kepada perempuan lain ketika ia berada di penjara. Penyebab tokoh Kuba itu ditahan karena terlibat dalam pemberontakan senjata terhadap barak di Kota Santiago. Saat ini kisah romantis mereka berdua menjadi kenangan yang tidak pernah terlupakan.
Bercerai dari Mirta Diaz-Balart, Fidel Castro berubah menjadi sosok yang disegani oleh lawan lawanya. Ia berhasil meraih kemenangan dengan menggulingkan Batista dan para prajuritnya di Kuba pada tahun 1959. Keberhasilan itu dirayakan oleh banyak orang di Havana dan ia berjanji akan melepaskan kendali kekuasaan yang selama ini tidak stabil. Fidel Castro juga mengatakan bahwa akan membentuk sistem negara yang demokratis.
Fidel Castro makin terkenal dan dia disebut sebagai Los Barbudos. Ia diidolakan oleh Yanquies (Amerika) sebagai pemuda yang rupawan. Setelah itu pada bulan April 1959 dirinya mengunjungi kembali kota New York. Saat itu ia dikerumuni oleh penduduk kota tersebut khususnya perempuan.
Keretakan hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba terjadi pada tahun 1960. Saat itu ia berpidato dalam acara PBB di Kota New York dan ditonton oleh publik. Pihak dari Amerika Serikat mulai kesal atas kebijakan ekonomi yang Fidel Castro lakukan. Saat itu, Castro berubah menjadi sosok yang radikal, masyarakat Washington sangat membencinya. Pers yang hadirpun juga mengejeknya.
Bulan berikutnya, Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower mencoba untuk membunuh Fidel Castro berserta rezimnya. Namun, usaha itu selalu gagal. Pemerintah AS melakukan berbagai kampanye menyudutkan Castro, sehingga ia yang awalnya begitu dikagumi menjadi berubah. Tokoh Kuba itu sangat dibenci warga AS.
Selain bangunan di West Upper Side yang pernah menjadi saksi bersejarah Fidel Castro. Ada satu lagi Hotel Theresa di New York. Diketahui tidak semua orang Amerika membencinya. Di hotel itu tokoh Kuba itu mengadakan sebuah acara makan siang dengan mengundang penyair Allen Ginsberg dan fotographer Henri Cartier Bresson.
Saat ini Hotel Theresa New York masuk dalam daftar tempat bersejarah nasional. Sayangnya interior hotel yang dulunya megah berubah menjadi kondominium dan berganti nama menjadi Menara Theresa. Ketegangan antara Fidel Castro dengan Amerika Serikat selalu menjadi hambatan pria itu untuk mengunjungi dan menetap di kota New York.
Namun dengan memaksa Amerika Serikat untuk memberi visa. Tokoh Kuba itu berhasil mengunjungi Kota New York sebanyak tiga kali pada tahun 1979, 1995 dan 2000. Sebenarnya masih banyak lagi tempat yang ingin dikunjungi oleh Fidel Castro seperti Lenox Lounge, Sylvia’s Restaurant, sayangnya Amerika tidak mengizinkan Castro untuk menikmati Kota New York.
Reporter : R Al Redho Radja S