MINEWS.ID, JAKARTA – Pada 29 Mei 1996, Presiden Soeharto mengungkapkan kekagumannya kepada pemimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) Dr KRT Radjiman Wediodiningrat. Di usia 66 tahun Radjiman masih mampu memimpin sidang yang berat dan menghasilkan pemikiran yang membuat Indonesia harus merdeka.
Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara aktif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI.
Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat di setiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?â€
Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
Menurut Soeharto dalam pidato pencanangan Hari Lansia Nasional itu, Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 merupakan karya besar.
Dia mengaku sulit membayangkan Republik Indonesia berjalan tanpa Pancasila, maupun pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Padahal pemikiran itu hasil rapat yang dipimpin seorang lansia.