Bandara Kemayoran Mahsyur karena Ada di Komik Tintin

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam salah satu seri komik “The Adventures of Tintin” yang berjudul “Flight 714” yang diterbitkan pada tahun 1968, Herger, memilih Bandara Kemayoran untuk menjadi salah satu latar tempat dari cerita tersebut.

Dalam komiknya, Tintin bersama dengan Snowy, Kapten Haddock, dan Profesor Calculus melakukan penerbangan dari London ke Sydney. Sebelum mereka sampai di tujuan akhir, mereka sempat mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta.

Bandara Kemayoran merupakan bandara Internasional pertama di Indonesia. Bandara ini telah ada sejak 1934 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan baru resmi pada 8 Juli 1940.

Lahan bandara ini asalnya milik Mayor Isaac de l’Ostale de Saint Martin. Ia adalah tentara militer maskapai dagang Belanda Vereniging Oost-Indische Compagnie (VOC).

Sebagai pejabat VOC, dia memiliki tanah yang banyak dan luas. Konon, nama Kemayoran berasal dari pangkat mayornya di VOC.

Nama mayor ini juga terinspirasi pada 1929. Selain membangun lapangan terbang, pemerintah kolonial juga membangun asrama militer bagi perwira berpangkat mayor. Pendeknya masih terkait dengan pangkat “mayor”.

Pembangunan Kemayoran sebagai bandara komersial sejak 1934. Bandara ini mulai beroperasi pada 6 Juli 1940 dan resmi dibuka pada 8 Juli 1940.

Pesawat DC-3 Dakota milik perusahan penerbangan Hindia Belanda Koninklijk Nederlends Indische Luchvaart Maatschapij (KNILM) menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran. Pesawat itu terbang dari lapangan udara Tjililitan, sekarang Halim Perdanakusuma.

Pesawat-pesawat KNILM yang ada di awal berdirinya Bandara Kemayoran di antaranya jenis

  • Douglas DC-2 Uiver
  • Douglas DC-3 Dakota
  • Fokker F.VIIb 3m
  • Grumman G-21 Goose
  • de Havilland DH-89 Dragon Rapide
  • Lockheed L-14 Super Electra
  • Douglas DC-5
  • Sikorsky S-43 Baby Clipper.

Selain pesawat-pesawat KNILM tadi, ada juga pesawat milik Aeroclub Batavia seperti Buckmeister Bu-131 Jungmann, de Haviland DH-82 Tigermoth, Piper J-3 Cub dan Walraven 2.

Bandara Kemayoran pun jadi tempat diadakan pameran kedirgantaraan pertama di Nusantara. Pameran tersebut biasanya pada hari ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina pada 31 Agustus 1940.

Namun menjelang pecahnya Perang Dunia II, khususnya menjelang datangnya serangan balatentara Jepang, maka pesawat-pesawat tempur milik penerbangan militer Belanda Militaire Luchvaart Dienst (MLD) maupun pesawat-pesawat negara sekutu dalam Perang Dunia II mulai singgah di bandara ini.

Dugaan bahwa Bandara Kemayoran akan menjadi target serangan Jepang akhirnya terbukti. Pada 9 Februari 1942, pesawat militer Jepang memborbandir Bandara Kemayoran.

Pesawat-pesawat komersial milik KNILM pun pindah ke Australia. Bandara ini akhirnya benar-benar jatuh ke dalam penguasaan Jepang setelah Belanda menyerah di Kalijati pada 8 Maret 1942.

Kedudukan Jepang atas Indonesia pada 1942-1945 membuat Bandara Kemayoran diisi oleh pesawat-pesawat milik Jepang. Pesawat pertama Jepang yang mendarat di sana adalah Mitsubishi A6M2 Zeke. Namun setelah Jepang menyerah, Belanda kembali mengambil alih Bandara Kemayoran dan banyak pesawat milik sekutu yang menempati Bandara tersebut.

Bandara Kemayoran baru diambil alih Pemerintahan Indonesia setelah kemerdekaan tepatnya pada tahun 1958. Bandara ini juga turut serta dalam lahirnya maskapai Garuda Indonesia.

Dengan adanya maskapai tersebut, pesawat-pesawat modern hadir di Bandara Kemayoran sehingga pada tahun 1950an Era penerbangan sipil di Indonesia mulai atas perintah Djawatan Penerbangan Sipil. Atau kalau sekarang Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Banyak Pesawat-pesawat turboprop berdatangan ke Bandara Kemayoran. Karena adanya even internasional seperti Konferensi Asia Afrika membuat pesawat-pesawat modern dari luar berdatangan. Tak hany itu berbagai Kepala Negara Dunia turut hadir dan menginjakan kaki di Bandara Internasional pertama Indonesia ini.

Pada 29 Oktober 1973, Garuda yang membutuhkan kapasitas lebih besar untuk mengangkut para Jemaah Haji menyewa DC-10 milik KLM. DC-10 menjadi pesawat terbesar dan terberat pertama yang pernah singgah di Bandara Kemayoran.

Sejak tahun 1970an, peran sebagai Bandara Internasional mulai hilang. Hal tersebut karena bandara ini sudah terlalu sibuk melayani keberangkatan dan kedatangan pesawat. Selain itu Bandara Halim Perdanakusuma menjadi Bandara Internasional pada 10 Januari 1974.

Bandara Kemayoran resmi tutup pada 31 Maret 1985. Setelah 45 tahun, bandara ini resmi berhenti beroperasi. Hal ini karena sudah tidak layak lagi untuk beroperasi dan juga letaknya yang sudah tidak kondusif. Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan faktor keselamatan karena jarak landasan yang dekat dengan Bandara Halim Perdanakusuma.

Pengelolaan lahan bekas bandara Kemayoran ini sekarang oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek (BLU PPK) di  bawah Sekretariat Negara RI. Saat ini, bandara resmi menjadi komplek kemayoran yang memiliki luas sekitar 454 Ha. Kawasan tersebut juga sudah menjadi pemukiman dan pusat bisnis, seperti hotel berbintang, perkantoran, pusat niaga, dan perbelanjaan internasional.

Bandara Kemayoran cukup populer di dunia. Apalagi dengan adanya Menara Traffic Control (ATC) yang menjulang tinggi dengan warna khas merah dan putih yang menjadi ikon bandara tersebut.

Menara Tintin yang ada di Kemayoran
Menara Tintin yang ada di Kemayoran

Hal ini karena Menara ATC ini merupakan ATC pertama di Asia Tenggara saat itu dan semakin terkenal semenjak muncul di komik Tintin. Karena komik Tintin itu juga Menara ATC ini lebih terkenal dengan nama “Menara Tintin”. Sejak pembangunannya pada tahun 1940, menara ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.

Reporter: Desmonth Redemptus Flores So

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini