Awal Mula Revolusi Amerika, Ratusan Peti Teh Milik Inggris Dibuang ke Laut

Baca Juga

MATA INDONESIA, BOSTON – Malam itu, puluhan orang yang berpakaian ala suku Indian menyerang kapal-kapal milik Inggris di Pelabuhan Boston, Amerika Serikat.

Orang-orang ini tergabung dalam organisasi Sons of Liberty. Sebuah organisasi yang menginginkan kebebasan Amerika. Kelompok ini beranggotakan Benedict Arnold, Patrict Henry, dan Paul Reveres, juga Samuel Adams dan Hancock.

Mereka membuang ratusan peti kayu dari atas kapal. Sekitar 45 ton teh terbuang pada malam itu. Kerugian yang ada mencapai USD 1,000,000 dolar AS.

Inilah awal mula revolusi Amerika Serikat dan cikal bakal kemerdekaan negeri Paman Sam. Masyarakat AS sudah muak dengan kelakuan Inggris yang melakukan praktik monopoli serta penetapan pajak tinggi. Pemerintah Inggris pun marah mendengar peti yang berisi teh ini hanyut dan hilang di tengah lautan.

Peristiwa ini kemudian terkenal dengan nama Boston Tea Party.

Boston Tea Party melahirkan rasa patriotik kepada warga Amerika. Dengan kejadian ini, revolusi Amerika dimulai.

Nah, kenapa kejadian pembuangan peti teh ini terjadi?

Semua berawal karena ketergantungan Inggris terhadap Teh, tanaman yang menjadi minuman favorit di Inggris.

Inggris mengandalkan produksinya dari Cina dan India. Kegiatan mengimpor teh ini dikawal oleh korporasi bernama British East India Company. Seiring waktu, aktivitas impor pun semakin meningkat. Malah bertambah empat kali lipat.

Parlemen Inggris pun memprioritaskan impor teh. Mereka melarang perusahaan untuk mengimpor tekstil. Hal ini supaya perusahaan dan korporasi fokus kepada impor teh. Akibatnya teh menggantikan peran kopi. Masyarakat berbondong-bondong mengonsumsi teh dan meninggalkan kopi.

Kebiasaan minum teh semakin meluas setelah adanya penemuan gula. Meminum teh menjadi semacam kegiatan khusus setiap sore. Akibatnya permintaan teh pun meningkat.

Peluang dan pasar semakin besar membuat beberapa pengusaha menjadi importir teh. Mereka menjadi pesaing East India Company yang saat itu memonopoli import teh. Salah satu perusahaan yang menonjol dalam ini adalah korporasi perusahaan dari Belanda (VOC). Mereka menjual teh selundupan ke Eropa maupun Amerika dengan harga jauh lebih murah. Pengepul maupun pedagang lebih menyukai transaksi dengan mereka, dan mengganggu dominasi Inggris.

Untuk menjaga praktik monopolinya, pada tahun 1721 Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang mengatur jual beli teh di wilayah koloni. Dan ini hanya boleh melalui barang impor dari Britania Raya.

Namun, aturan ini tidak berhasil. Hal ini karena teh selundupan dari Belanda tetap berjaya di pasaran. Apalagi kondisi Kerajaan Inggris lagi kehabisan uang. Parlemen Inggris akhirnya setuju untuk membuat dan menjalankan Undang-undang Townshend sebagai solusi.

Parlemen membuat undang-undang Townshend ini sebagai aturan pajak untuk wilayah koloni Inggris. Isi aturan ini berbagai pajak kepada warga jajahan Inggris. Tujuannya jelas menambah kas kerajaan. Jelas masyarakat Amerika yang merupakan jajahan Inggris berang. Salah satunya adalah kelompok Son of Liberty atau Whigs.

Kelompok yang terdiri dari aktifis dan politikus di Amerika ini berargumen bahwa Undang-undang Townshend adalah pelanggaran konstitusi Inggris. Karena selama ini pihak koloni tak punya perwakilan di parlemen. Mereka menuntut bentuk dulu parlemen di Amerika baru pajak itu bisa berlaku.

Kelak argumen ini terkenal terkenal dengan slogan “no taxation without representation” (menolak pajak tanpa perwakilan). Dan ini menjadi semangat warga AS untuk lepas dari Inggris.

Pertentangan warga AS dan pemerintahan Inggris makin sengit. Akhirnya Parlemen Inggris mencabut aturan tersebut pada 1770. Namun soal penarikan pajak teh tetap saja berlaku. Alasannya kerajaan Inggris punya hak untuk menetapkan pajak kepada rakyat Amerika.

Salah satu pelabuhan yang ramai dengan lalu lintas perdagangan teh adalah Boston. Meski penyeludupan hanya terjadi di pelabuhan New York namun Boston menjadi pelabuhan utama ekspor dan impor teh.  Inilah yang akhirnya membuat kelompok Son of Liberty melakukan aksi pembuatan ratusan peti teh milik pemerintah Inggris.

Setelah kejadian pembuagan peti teh ini, di beberapa pelabuhan yang ada di koloni-koloni lain, beberapa kapal pengangkut teh tak bisa mendarat karena adanya penolakan.

Uniknya, sejak itu banyak orang Amerika yang menghentikan kebiasaan minum teh. Masyarakar AS beranggapan.bahwa minum teh menjadi perilaku yang tidak patriotik. Akibatnya perdagangan teh pun hancur. Dan hal ini semakin menjadi-jadi saat Presiden AS John Adams meminta istrinya mengganti teh dengan kopi saat sarapan di pagi hari. Sejak itulah minum kopi menjadi kebiasaan baru masyarakat A.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini