MATA INDONESIA, JAKARTA – Di Indonesia, nama Arifin Panigoro memang layak dijuluki “Raja Minyak.” Karena dialah satu-satunya orang Indonesia pemilik perusahaan pengeboran minyak, sebuah bisnis dengan risiko yang sangat tinggi.
Apalagi di tahun 1980 -an, perusahaan minyak yang ada di Indonesia semuanya pemain asing, seperti Conoco, Caltex hingga Stanvac.
Meski alumnus jurusan Elektro Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973, Arifin memberanikan diri menangani proyek kecil-kecilan pemasangan pipa.
Namun, dari situlah ide membangun perusahaan pengeboran minyak berawal sehingga Arifin mencari bantuan modal dari pemerintah. Medco kemudian dikenal saat memulai usaha pengeboran minyak tahun 1981.
Medco menjadi besar setelah membeli Stanvac dan diubah namanya menjadi Expan.
Meski dikenal sebagai raja minyak, namun ada peristiwa kecil yang mengubah fokus Arifin empat tahun lalu saat Presiden Jokowi melantiknya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
Usai acara 13 Desember 2019 itu, Presiden Jokowi sempat menghampiri Arifin Panigoro dan istrinya setelah resmi menjadi Anggota Wantimpres.
Awalnya Arifin mengira Jokowi akan mengajaknya bicara soal ekonomi atau minyak. Ternyata topik jauh berbeda.
“Jokowi menyampaikan, ‘Ini Pak Arifin, Bu Arifin, saya juga kaget masih banyak kasus TBC di Indonesia. Januari siapkan acaranya. Saya bersama ibu negara akan hadir.”
Arifin saat berbicara dalam acara CISDI Health Outlook 2020 saat itu mengaku keheranan mengapa yang diingat Presiden Jokowi ketika bertemu dia adalah tuberkulosa?
Beberapa hari sebelum dilantik sebagai Anggota Wantimpres, Arifin mendampingi para tokoh pemberantasan TB termasuk Lucica Dititu selaku Direktur Eksekutif Stop TB Partnership.
Arifin juga banyak aktif di Stop TB Partnership yang didirikan sejak 2013.
Sejak itu fokus Arifin berubah yaitu menghilangkan penyakit paru tersebut dari Indonesia melalui gerakan sosial.
Indonesia tercatat sebagai negara ketiga paling banyak kasus TB setelah India dan Cina
dengan ada sekitar 800 ribu pasien.