MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Sekitar empat bulan yang lalu, Hassan Merzam Muhammad yang berusia 10 tahun mengalami gizi buruk atau kekurangan gizi akut. Hal ini membuatnya tidak dapat berjalan atau hanya sekadar menggerakkan badannya.
Ya, Hassan terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidurnya. Hassan bukanlah satu-satunya anak di Yaman yang mengalami malnutrisi, ada ratusan ribu bahkan jutaan anak lainnya yang mengalami nasib serupa.
Bencana kelaparan ini seiring dengan krisis pangan di Yaman dan kian memburuk di tahun 2020. Pandemi virus corona yang berkepanjangan, penurunan ekonomi, banjir, konflik bersenjata yang tak kunjung usai, serta berkurangnya dana bantuan membuat warga yang mengalami kelaparan di Yaman meningkat dan menjadi yang terburuk selama beberapa dekade.
Kembali kepada sosok Hassan. Lewat foto yang berhasil diabadikan oleh Reuters yang kemudian tersebar luas di media sosial, mendapat perhatian dunia pada penderitaannya juga penderitaan anak-anak Yaman lainnya.
Hari ini, usai menjalani perawatan panjang, Hassan bermain dengan mobil mainannya, duduk di atas keledai. Hassan yang bisu sejak lahir, menggunakan isyarat tangannya dan senyuman untuk berkomunikasi.
“Hassan makan apa yang kita makan: nasi dan roti. Kami tidak memiliki makanan yang kaya akan lemak saat ini, kami tidak dapat menemukan daging untuknya,” kata sang paman, Tayeb Muhammed, melansir Reuters, Kamis, 3 Desember 2020.
Sayang, Hassan harus kembali kehilangan sebagian berat badan yang ia dapat selama perawatan begitu pulang ke rumahnya. Ia tinggal di pedesaan Hajjah, salah satu daerah termiskin di Yaman.
Ayahnya tidak memiliki pekerjaan untuk menafkahi keluarganya. Sementara ia memiliki tujuh orang anak yang harus diberi makan.
Ketika Reuters pertama kali bertemu Hassan pada Juli, beratnya hanya 9 kilogram. Klinik kesehatan setempat yang sedang berjuang mengirimnya ke ibu kota Sanaa untuk perawatan, dibayar oleh badan amal. Kini berat badannya bertambah menjadi 13 kilogram.
“Tubuhnya lemah lagi. Dan dia kini membutuhkan perawatan lebih,” sambung sang paman.
Kelaparan tidak pernah diumumkan secara resmi di Yaman, di mana perang selama lebih dari lima tahun telah membuat 80% populasi bergantung pada bantuan dalam apa yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.