Mengaku Keturunan Tionghoa, Gus Dur Bermarga Tan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pastinya sudah tidak asing lagi dengan nama Gus Dur. Sebagai presiden Indonesia ke-4 pada saat itu, bisa dikatakan masa jabatannya tak begitu lama. Namun, tahukah kamu pemilik nama Abdurrahman Wahid itu adalah seorang keturunan Cina atau Tionghoa?

Gus Dur dilahirkan di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur pada 7 September 1940. Ia memiliki nama asli Abdurrahman ad-Dakhil. Namun, ia mengubahnya menjadi Abdurrahman Wahid karena nama ad-Dakhil tak begitu dikenal.

Sebutan Gus Dur diperoleh dari tempat ia lahir, yaitu lingkungan pesantren. Gus merupakan kependekan dari kata Bagus, yang sering diberikan kepada anak seorang kyai sebagai bentuk penghormatan di daerah Jawa Timur.

Gus Dur merupakan putra pertama dari seorang ayah bernama K.H. Wahid Hasyim pendiri Nahdlatul Ulama. Sedangkan sang ibu Hj. Sholehah merupakan pendiri pesantren Denanyar Jombang.

Selama hidupnya, Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang kontroversial dan berdedikasi tinggi terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dijuluki Bapak Tionghoa
Gus Dur pernah mengatakan bahwa dirinya merupakan keturunan Tionghoa atau Cina dengan marga “Tan” yang melekat pada dirinya.

Menurut ceritanya, darah Tionghoa berasal dari Putri Cempa selir Raja Majapahit, Brawijaya V. Putri Cempa asli Tionghoa yang dibawa ke Indonesia.

Putri Cempa memiliki dua anak, yaitu Tan Eng Hwa (Raden Patah) dan Tan A Hok. Kemudian terjadi pernikahan Tan A Hok dengan Tan Kim Han. Dari garis Raden Patah itulah sebagian darah Gus Dur berasal. P

engakuan tersebut juga dibenarkan oleh tokoh NU, Said Aqil Siradj pada tahun 1998 dan di buku Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia.

Said Aqil menceritakan, Tan Kim Han memiliki anak bernama Raden Rachmat Sunan Ampel. Salah satu dari keturunannya yakni K.H. Hasyim As’ari, yang selanjutnya memiliki anak bernama K.H. Wahid Hasyim ayah Gus Dur.

Saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur pernah mengunjungi Universitas Beijing, Cina pada 3 Desember 1999. Sesampainya di sana, ia mendapat sambutan meriah. Tiga tahun kemudian, Gus Dur diundang lagi ke Cina untuk meresmikan monumen Tan Kim Han.

Gus Dur juga dikenal sebagai pribadi yang melihat semua orang sama dan menjunjung toleransi. Begitu banyak jasa yang ia lakukan, salah satunya membebaskan warga etnis Tionghoa untuk bebas berekspresi dalam merayakan imlek.

Atas kebaikan jasanya, komunitas Tionghoa setia mendoakan Gus Dur untuk menghormati jasa-jasa semasa hidup nya dulu. (Annisaa Rahmah)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini