Mata Indonesia, Tarakan – Belakangan Ini di Indonesia semakin marak bermunculan berbagai aliran dan paham sesat. Sebut saja Puang Nene, aliran sesat yang muncul di Bone, Sulawesi Selatan baru-baru ini. Aliran tersebut disebut sesat karena melarang pengikutnya untuk melaksanakan salat.
Kejadian munculnya aliran sesat tersebut tentunya tidak ingin terjadi di Kota Tarakan. Tak elak, Kemenag telah menyiapkan sejumlah langkah mengantisipasi munculnya aliran sesat di Kota Tarakan.
“Kami dari Kemenag berkerja sama dengan stakeholders lainnya seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta Badan Intelijen Negara (BIN). Hal ini dilakukan dengan rutin melakukan sharing informasi keagamaan termasuk jika ada muncul aliran sesat,” ucap H. Sultan Halim, Pelaksana tugas (Plt) Kemenag Tarakan kepada Mata Indonesia belum lama ini.
Dari kerjasama tersebut, lanjut Sultan, selain untuk mencegah munculnya aliran sesat, juga sebagai langkah menentukan solusi jika menemukan aliran menyimpang.
“Namun, umumnya kami melakukan mediasi dengan mengundang tokok ajaran tersebut untuk meluruskan terkait ajaran mereka. Jika dirasa menyimpang, kami akan berikan nasihat dan mengajak untuk kembali pada ajaran Islam yang sesungguhnya,” ucapnya.
Selain itu, kata dia, Kemenag rutin melakukan sosialisasi edukasi tentang pentingnya moderasi beragama.
“Artinya menekankan paham wafatiah. Tidak ekstrem kanan ataupun kiri sehingga mampu melihat perbedaan sebagai sesuatu yang mesti ada namun dan tidak menjadi penyebab masalah,” ucapnya.
Sultan menyebut Kemenag juga menyediakan penyuluh yang memiliki kapabilitas melakukan penyuluhan, yang berkaitan dengan penangkalan kelompok radikal. Dan terakhir, mengajak kepada pemuka agama agar berdakwah dengan muatan menghargai perbedaan.