Mata Indonesia, Kulon Progo – Ancaman penyakit leptospirosis atau yang sering disebut penyakit kencing tikus kembali menjadi perhatian serius di Kabupaten Kulon Progo.
Hingga pekan kedua bulan Juni 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat melaporkan lonjakan kasus yang mengkhawatirkan, dengan total lima orang meninggal dunia sejak awal tahun.
Data terbaru menunjukkan adanya penambahan tiga kasus baru di bulan Juni, sehingga total penderita leptospirosis sepanjang Januari hingga Juni 2025 mencapai 21 orang.
Angka kematian yang mencapai lima jiwa menjadi alarm keras bagi masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah dengan risiko penularan tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Kulon Progo, Sri Budi Utami, menegaskan bahwa situasi ini memerlukan kewaspadaan dan tindakan pencegahan kolektif dari seluruh lapisan masyarakat.
“Kami mengonfirmasi hingga pertengahan Juni 2025, total ada 21 kasus leptospirosis, dengan penambahan tiga kasus baru pada bulan ini. Sangat disayangkan, dari total kasus tersebut, lima di antaranya tidak dapat diselamatkan. Ini menjadi peringatan serius bagi kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar Sri Budi Utami dalam keterangannya, Selasa 24 Juni 2025.
Girimulyo dan Nanggulan Jadi Episentrum Kasus
Berdasarkan data yang dirilis Dinkes Kulon Progo, dua kapanewon (kecamatan) menjadi wilayah dengan catatan kasus infeksi tertinggi, yaitu Kapanewon Girimulyo dan Kapanewon Nanggulan.
Masing-masing wilayah melaporkan 6 orang warganya terjangkit penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira ini.
Sementara itu, sebaran kasus kematian akibat leptospirosis terjadi di beberapa titik, dengan Kapanewon Nanggulan mencatatkan angka tertinggi.
Berikut adalah rincian wilayah dengan kasus kematian:
Kapanewon Nanggulan: 2 orang meninggal dunia
Kapanewon Wates: 1 orang meninggal dunia
Kapanewon Panjatan: 1 orang meninggal dunia
Kapanewon Girimulyo: 1 orang meninggal dunia
Meskipun Girimulyo menjadi salah satu wilayah dengan kasus infeksi terbanyak, angka kematian tertinggi justru tercatat di Nanggulan, menunjukkan tingkat fatalitas yang tinggi di area tersebut.
Kenali Gejala dan Langkah Pencegahan
Leptospirosis adalah penyakit yang ditularkan melalui air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan yang terinfeksi, terutama tikus.
Penularan sering terjadi di area banjir, persawahan, atau lingkungan dengan sanitasi buruk.
Gejala awal leptospirosis sering kali menyerupai flu biasa, sehingga kerap diabaikan. Waspadai tanda-tanda seperti, demam tinggi mendadak, sakit kepala parah, nyeri otot, terutama pada bagian betis dan punggung.
Selain itu juga harus waspada terhadap, mata merah dan kulit menguning (jaundice). Mual, muntah, dan diare.
Melihat risiko yang ada, masyarakat diimbau untuk proaktif melakukan langkah-langkah pencegahan.
“Jangan sepelekan kebersihan lingkungan. Pastikan tidak ada genangan air dan tumpukan sampah yang bisa menjadi sarang tikus. Selalu gunakan alat pelindung diri seperti sepatu bot jika harus beraktivitas di area becek atau banjir,” tambah Sri Budi Utami.
Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika warga mengalami gejala di atas, terutama setelah melakukan kontak dengan lingkungan berisiko.
Deteksi dan penanganan dini adalah kunci untuk mencegah komplikasi fatal dari leptospirosis.