Warganya tak Bahagia, Singapura Masih Tempat Terbaik Selama Pandemi Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, SINGAPURA – Ketika beberapa negara sibuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19, Singapura hadir sebagai tempat tinggal terbaik selama masa pandemi. Hal itu melihat dari peringkat keamanan dan ketahanan Singapura yang berada di atas puncak. Menurut Bloomberg, kondisi itu sempat menghebohkan banyak orang setelah sebelumnya Selandia Baru menjadi tempat paling ideal saat pandemi Covid-19 menghantui setiap negara.

Bloomberg menyebut program vaksinasi yang efektif di Singapura menjadikannya sebagai negara teraman dan terbaik selama masa pandemi. Kehidupan di sana pun juga sudah tergolong sangat baik. Dalam beberapa bulan terakhir hampir tidak ada kasus Covid-19. Meski baru baru ini beberapa kasus mulai ditemukan dan pergerakan kembali diperketat.

Terlebih, jika ketahuan ada perjalanan dari luar negeri ke negara mereka, biasanya akan langsung dibawa ke tempat isolasi sekalipun tidak terkonfrimasi positif. Merujuk kembali pada kehidupan di Singapura, mereka sudah menjalani aktivitas dengan normal seperti bertemu dengan keluarga dan teman walau tidak boleh lebih dari delapan orang.

Meski sudah tergolong aman, masker masih wajib dipakai bila masyarakat pergi ke luar rumah. Bicara soal aktivitasnya yang normal, mereka sudah kembali bekerja di kantor dengan menerapkan jaga jarak, dan dapat menonton film, menonton konser bahkan berbelanja. Yang terpenting masker tetap harus dikenakan tanpa terkecuali.

Tidak sampai disitu, sekolah dan penitipan anak juga sudah kembali buka meski tetap mengutamakan jaga jarak. Kembali lagi pencapaian itu berkat program vaksinasi pada awal tahun sekitar 15 persen dari jumlah populasinya. Namun, kondisi itu juga karena jumlah penduduknya yang kecil sekitar enam juta orang. Lain dari itu, ada kepercayaan yang tinggi pada pemerintah setempat dan berkurangnya keraguan akan vaksin.

Alhasil, mereka merasa aman dan baik baik saja tanpa ada kekhawatiran terkena virus corona.

Nah namun hal ini berbeda jika dirasakan para pekerja migran yang tinggal di Singapura.  Ratusan ribu pekerja migran yang sebagian besar masih terkurung di tempat kerja dan asrama mereka justru merasa Singapura bukanlah tempat yang nyaman.

Untuk bisa keluar, mereka harus mendapat izin terlebih dahulu dari pimpinan perusahaan. Sekalipun disetujui, mereka hanya bisa bersosialiasasi di tempat rekreasi yang dipilih oleh pemerintah. Semua itu dilakukan guna melindungi warganya dari resiko, mengingat banyak pekerja yang tinggal di permukiman padat penduduk.

Mengetahui hal tersebut, Jolovan Wham, aktivis hak hak migran mengatakan bahwa hal itu merupakan bentuk diskriminatif. ”Karena pekerja migran tidak memiliki kekuatan politik, entah bagaimana dapat diterima secara sosial bahwa mereka menangung beban. Selandia Baru mungkin juga berada di bagian atas daftar Ketahanan Covid, tetapi tidak menginjak injak hak masyarakat,” kata Jolovan Wham.

Selain itu, pandemi juga terus meninggalkan bekas luka pada keluarga yang kurang mampu dan berpenghasilan rendah. Walau pemerintah sudah menggelontorkan jutaan dolar untuk menopang ekonomi serta tingkat pengangguran tetap rendah. Hal itu melihat dari beberapa pekerja yang mengalami pemotongan gaji hingga kehilangan pekerjaan. Mau tidak mau mereka beralih profesi menjadi pengantar makanan atau supir. Patricia Wee, pekerja sosial mengatakan bahwa pemerintah harus cepat menangani masalah tersebut. ”Ini genting dan bisa membuat banyak orang stress. Mereka juga mudah tergantikan. Jadi, ini semua karena kurangnya jaminan sosial,” kata Patricia Wee.

Terlebih, saat ini privasi mereka semakin berkurang setelah adanya aturan membawa aplikasi atau token yang melacak virus corona. Banyak yang setuju dengan program tersebut, namun ada juga yang tidak setuju karena berpotensi dalam penyalahgunaan data. Meskipun ada jaminan privasi, kurangnya transparansi itu membuat sebagian orang marah.

Merujuk kembali terhadap pembebasan aktivitas, rupanya penerapan itu tidak 100 persen membuat warganya bahagia. Hal itu karena mereka mau tidak mau menyaksikan orang yang dicintai menderita dari kejauhan. Salah satunya yaitu seorang penulis, Sudhir Thomas Vadaketh yang memiliki keluarga di India. Setiap hari ia selalu merasakan cemas dan khawatir tentang kondisi keluarganya.

Meski begitu, banyak orang di Singapura yang merasa sangat bersyukur setelah wabah virus corona dapat diatasi dengan baik. Demi kelangsungan ekonomi, nantinya Singapura akan membuka kembali wilayahnya dan melonggarkan pembatasan bagi para pelancong. Tentu saja, hal itu akan menjadi ujian bagi mereka untuk melihat seberapa besar ketahanan Covid yang dimiliki.

Reporter : R Al Redho Radja S

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Antonius Fokki Ardiyanto Anggota DPRD Kota Yogya Tertarik Posisi Calon Wakil Wali Kota Yogyakarta

Mata Indonesia, Yogyakarta - Antonius Fokki Ardiyanto atau sapaan akrabnya Fokki yang saat ini masih aktif sebagai Anggota DPRD Kota Yogyakarta telah melakukan pendaftaran diri Bakal Calon Wakil Wali Kota Yogya, melalui PDI Perjuangan Jumat (3/5/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini