Sudah Makan Banyak tetapi Masih Lapar? Ini Alasannya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Beberapa orang mungkin mudah kenyang dengan hanya mengonsumsi beberapa suap nasi, namun sebagian orang lain merasa tetap lapar meski sudah makan dengan menghabiskan sepiring nasi. Padahal, mereka baru saja menghabiskan 1-2 jam untuk menghabiskan makanannya.

Tim peneliti yang tergabung dari King’s College London dan lembaga ilmu kesehatan ZOE menemukan alasan orang kesulitan menurunkan berat badan meski sudah melakukan berbagai jenis diet.

Ternyata berdasarkan penelitian tersebut bahwa faktor penurunan gula darah yang signifikan beberapa jam setelah makan memicu rasa lapar dan mengkonsumsi lebih banyak dalam sehari.

Studi ini melibatkan 1.070 orang partisipan dan 8 ribu sarapan dan 70 ribu makanan yang diteliti. Adapun rata-rata sarapan yang dimakan mengandung jumlah kalori yang sama antara satu partisipan dengan partisipan lainnya, hanya berbeda komposisi dalam hal karbohidrat, lemak, protein, dan serat.

Selain itu, partisipan juga melakukan tes respon gula darah untuk mengukur efektivitas tubuh untuk memproses gula. Setiap peserta juga mengenakan pemantau glukosa (CGM) untuk mengukur kadar gula darah selama penelitian.

Adapun, berdasarkan penelitian tim PREDICT, beberapa orang akan mengalami penurunan gula yang signifikan 2-4 jam setelah puncaknya. Periode ‘puncak darah’ terjadi karena ada gula darah yang akan naik dalam 2 jam setelah makan.

Berdasarkan temuan penelitian ini, partisipan mengalami peningkatan kelaparan 9 persen dan rata-rata menunggu sekitar setengah jam sebelum kembali makan. Sebagian besar partisipan juga mengkonsumsi 75 kalori lebih banyak dalam 3-4 jam setelah sarapan dan 312 kalori lebih banyak setiap harinya.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini