Sejarah Olimpiade yang Jarang Diketahui, dari Yunani Kuno?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah olimpiade tentu sudah tak asing di telinga masyarakat. Olimpiade juga sering kali dikenal sebagai ajang olahraga yang diselenggarakan empat tahunan dan mempertandingkan deretan cabang olahraga.

Bahkan, olimpiade kini tengah ramai diperbincangkan khususnya setelah ajang olahraga dunia, Olimpiade Tokyo 2020. Banyak atlet tanah air yang berjuang merebut medali dalam ajang tersebut.

Namun, tahukah kamu sejarah dari olimpiade itu sendiri?

Dalam acara I-Tems yang ditayangkan di Mata Milenial TV, sejarah olimpiade mulai pertama kali di Yunani Kuno sejak 776 SM. Olimpiade pertama kali dilakukan untuk menghormati Dewa Zeus dan kerajaan dari Yunani Kuno.

Olimpiade kemudian dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis, Pierre Fredy Baron de Coubertin pada tahun 1896.

Dalam kongres pada tahun 1894 yang diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan ibu kota Yunani, Athena sebagai tuan rumahnya.

Pada saat itu, cabang olahraga dalam olimpiade pun belum sebanyak saat ini. Yakni hanya, melompat, lempar cakram, lempar lembing, lari, gulat, tinju, dan berkuda.

Pada 200 tahun pertama, olimpiade dilakukan di kota suci di Yunani, Olympia. Semua laki-laki pada saat itu bebas mengambil bagian cabang olahraga yang mereka inginkan.

Pada saat itu, olimpiade umumhya dilakukan oelh para tentara. Jadi, tak hanya kalangan atas, seluruh kasta pun bisa mengikuti olimpiade di masa Yunani Kuno.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini