Rod Stewart, Penyanyi Pertama yang Gelar Konser di Indonesia dengan Tiket Rp 15 Juta

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTARod Stewart, vokalis legendaris asal Inggris menjadi penyanyi pertama yang menggelar konser dengan penjualan tiket termahal di Plenary Hall Jakarta Convention Center pada 31 Januari 2012.

Konser tersebut merupakan konser perdana Rod Stewart di Indonesia. Sederet lagu yang telah populer juga terkenal di Indonesia, menjadi menu yang tampul kepada para penonton.

Nyanyian-nyanyian populer Stewart, antara lain, “Sailing”, “I Don’t Wanna Talk About It”, “The First Cut is the Deepest”, “You’re in My Heart”, dan “Da Ya Think I’m Sexy”.

Bertajuk “Rod Stewart Greatest Hits Concert” dengan durasi 120 menit. Tiketnya paling murah Rp 15 juta untuk kelas Platinum. Presiden Director Big Daddy, Michael Rusli, menjamin harga tiket tersebut sebanding dengan suguhan Rod Stewart pada konsernya.

“Ini buat fans fanatik yang ingin experience sendiri. Mereka merasakan pengalaman yang berbeda. Mulai dari membeli tiket, menonton konsernya, sampai selesai konser. Untuk fans Rod Stewart, kami kasih maximize experience-nya,” kata Michael, dalam jumpa pers di Ritz-Charlton Pacific Place, Jakarta, Rabu, 7 Desember 2011.

Menurut Michael, mahalnya harga tiket kelas Platinum konser Stewart tersebut tak lepas dari besarnya ongkos untuk mendatangkan vokalis kelahiran London Utara, 10 Januari 1945 itu.

“Untuk cost, ini show yang paling mahal untuk Big Daddy, total hampir Rp 20 miliar. Makanya dari harga tiket enggak bisa kurang. Show ini kualitasnya kelas tinggi punya dibandingkan yang konsernya (bertiket) kelas festival semua yang menampung 10.000 penonton, sedangkan kami sifatnya eksklusif dengan 3.000 penonton saja”, kata Michael.

Michael menjanjikan harga tiket yang mahal itu sebanding dengan kepuasan penonton saat menyaksikan aksi panggung Stewart. “Untuk panggung, kami usahakan semaksimal mungkin seperti saat panggung di luar negeri. Dia sendiri membawa 20 musisi, termasuk backing vocal,” jelas Michael.

Namun, Big Daddy juga menjual tiket dengan harga terjangkau. “Secara nominal Rp 15 juta kedengarannya mahal, tapi tiket lainnya untuk kelas Tribun B dan E harganya Rp 1,5 juta. Lalu untuk Tribun C dan D Rp 3 juta, Silver dengan seat number Rp 3 juta, dan Gold Rp 5 juta dengan seat number,” ujar Michael, saat itu.

Sayangnya, karena mahal, konser ini tidak terlalu penuh oleh  penonton. Kebanyakan penonton yang hadir pada Rod Stewart The Hits Concert ini terdiri dari orang-orang yang sudah cukup umur. Sehingga antusiasme penontonnya tidak terlalu kelihatan.

Reporter: Indah Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kemandirian Pangan dan Energi di Papua Menjadi Pilar Strategis Pembangunan Nasional

Oleh: Markus Yikwa *) Agenda kemandirian pangan dan energi kembali menempati posisi sentral dalam arah kebijakanpembangunan nasional. Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa ketahanan negara tidakhanya diukur dari stabilitas politik dan keamanan, tetapi juga dari kemampuan memenuhikebutuhan dasar rakyat secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, Papua ditempatkansebagai salah satu wilayah kunci, baik untuk mewujudkan swasembada pangan maupunmemperkuat fondasi kemandirian energi berbasis sumber daya domestik seperti kelapa sawit. Upaya percepatan swasembada pangan di Papua mencerminkan pendekatan pemerintah yang lebih struktural dan berjangka panjang. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagaikesempatan menekankan bahwa defisit beras di Papua tidak dapat diselesaikan hanya dengandistribusi antarpulau, melainkan harus dijawab melalui peningkatan kapasitas produksi lokal. Dengan kebutuhan beras tahunan yang jauh melampaui produksi eksisting, pemerintah memilihstrategi pencetakan sawah baru secara masif sebagai solusi konkret. Pendekatan ini menunjukkankeberanian negara untuk menyelesaikan masalah dari hulunya, bukan sekadar menambalkekurangan melalui mekanisme pasar jangka pendek. Kebijakan pencetakan sawah baru di Papua, Papua Selatan, dan Papua Barat tidak berdiri sendiri. Pemerintah juga menyiapkan dukungan menyeluruh berupa penyediaan benih unggul, pupuk, pendampingan teknologi, hingga pembangunan infrastruktur irigasi dan akses produksi. Sinergiantara pemerintah pusat dan daerah menjadi prasyarat utama agar program ini tidak berhentisebagai proyek administratif, melainkan benar-benar mengubah struktur ekonomi lokal. Denganproduksi pangan yang tumbuh di wilayahnya sendiri, Papua tidak hanya mengurangiketergantungan pasokan dari luar, tetapi juga membangun basis ekonomi rakyat yang lebihtangguh. Lebih jauh, visi swasembada pangan yang disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman menempatkan kemandirian tiap pulau sebagai fondasi stabilitas nasional....
- Advertisement -

Baca berita yang ini