MATA INDONESIA, JAKARTA – Berbicara produk Prancis, mungkin sulit menemukan mobil-mobil pabrikan negara Menara Eiffel itu di Indonesia.
Dua merek yang pernah meramaikan pasar otomotif Indonesia hingga kini adalah Renault dan Peugeot. Namun dari tahun ke tahun tidak bisa menyaingi penjualan sesama mobil eropa lainnya seperti Mercedes-Benz maupun BMW.
Peugoet yang mengandalkan jaringan Astra hanya laku seratusan unit saja tahun ini, itu pun secara persentase sudah meningkat 228 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 32 unit mobil.
Sedangkan, mobil pabrikan Jerman seperti BMW dan Mercedes-Benz bisa terjual ribuan unit. BMW Group Indonesia berdasarkan catatan Gabungan Industrik Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatatkan total penjualan hingga 1.006 unit mobil. Sedangkan Mercedes-Benz sekitar 800 -an unit. Keduanya menjual kendaraan yang termasuk kelas premium atau mobil mewah.
Meski terkenal dengan kemewahan dan kenyamanannya namun orang Indonesia sudah susah melepaskan merek Jepang, bahkan sudah masuk kategori “Japan minded.” Pokoknya mobil Jepang tanpa mau pikir panjang.
Selain doktrin “Pokoknya Jepang” beberapa hal ini ikut membuat mobil-mobil Prancis tidak laku di Indonesia.
1. Banyak Variasi
Orang Indonesia cenderung malas berkreasi sehingga lebih senang mobil-mobil yang disediakan pabrikan. Maka, para pabrikan selalu mengeluarkan banyak jenis untuk satu merek, seperti mobil untuk anak muda, mobil pengangkut barang, mobil untuk orang tua, bahkan mobil yang pantas ditunggangi pengusaha.
Sementara pengguna mobil-mobil eropa masih harus di-custom lagi jika harus memenuhi kebutuhan itu.
2. Tidak Tahan Banting
Mobil-mobil Eropa memang didesain untuk memberikan kenyamanan kepada penumpangnya, sehingga menggunakan karet-karet peredam yang lembut sehingga terasa nyaman. Namun, hal itu tidak bisa menjamin keawetannya saat melibat jalan-jalan di Indonesia.
Masyarakat Indonesia menginginkan mobil tahan lama dan bisa dipakai bertahun-tahun. Ini juga karena gaya hidup di negara Asia yang jarang membeli mobil baru dibandingkan negara Eropa yang lebih sering membeli mobil baru.
3. Suku Cadang Mahal
Suku cadang mobil-mobil Eropa apalagi Prancis sangat sulit diperoleh di Indonesia, bahkan untuk pemilik mobil keluaran tahun lama tetap harus membelinya ke Prancis langsung. Hal itu membuat harga suku cadangnya mahal.
4. Biaya Servis Mahal
Selain itu tempat servis mobil-mobil Prancis sangat sedikit. Bengkel yang agak terlihat adalah Peugeot itu pun untuk komunitas penggemar mobil-mobil tahun tua.
Bengkel umum biasanya akan kesulitan mereparasi mobil-mobil Prancis yang rusak karena karakteristiknya jauh berbeda dengan mobil Jepang untuk orang Indonesia yang relatif sederhana konstruksinya.
5. Tidak Pas dengan Tubuh Indonesia
Mobil-mobil Prancis seperti halnya mobil Eropa lainnya dibuat tidak untuk ergonomis tubuh orang Indonesia, sehingga ketika kita membelinya perlu penyesuaian atau custom agar lebih nyaman. Sedangkan mobil-mobil Jepang dibuat pas dengan tubuh orang Indonesia.