Makanan Khas Cirebon Kerupuk Melarat Bukan untuk Orang Miskin

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Berkunjung ke Cirebon tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati cemilan kerupuk melarat. Dicampur dengan sambal asam, sambal dage atau oncom, kriuk..kriuk..kerupuk ini siap untuk disantap.

Nama kerupuk melarat memang aneh, konotasinya kerupuk untuk orang melarat. Padahal, kerupuk ini dinikmati dari berbagai lapisan.

Nama kerupuk melarat bukanlah nama pertama yang diberikan pembuatnya pada 1926. Sebelumnya, kerupuk ini bernama kerupuk mares.

Nama “mares” berarti “tanah” dan “ngeres” atau yang berupa olahan pasir kasar. “Nama kerupuk mares berubah menjadi kerupuk melarat sekitar tahun 1980-an.”

Sebutan melarat lahir karena mahalnya harga minyak goreng saat itu. Tidak semua lapisan masyarakat dapat membeli minyak karena harganya yang cukup tinggi.

Hal inilah yang akhirnya mendorong warga Cirebon untuk membuat inovasi memasak kerupuk menggunakan media pasir.

Kerupuk ini melalui proses menggoreng dengan menggunakan pasir. Saat itu kerupuk melarat dianggap sebagai cemilan yang terbuang.

Kerupuk melarat pada awalnya berkaitan dengan depresi ekonomi yang melanda dunia pada 1920-an. Belanda yang masih menjajah Indonesia juga ikut terkena imbasnya, begitu pula dengan Indonesia.

Akibat depresi ekonomi, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng untuk menggoreng kerupuk. Namun, kondisi itu justru mendorong warga lebih kreatif.

Sebenarnya tidak hanya kerupuk yang berhasil diciptakan dalam masa-masa susah itu, warga Pantura juga membuat beberapa camilan khas Cirebon lainnya, seperti tike, umbi, lantak, dan emping.

Saat ini, kerupuk yang identik dengan orang miskin tersebut semakin digandrungi semua kalangan. Terlebih masyarakat di luar Cirebon.

Meskipun proses menggorengnya menggunakan pasir, kerupuk ini memiliki citarasa gurih, renyah serta sehat. Pasalnya, pasir yang terpakai bukan sembarang pasir. Melainkan pasir yang berasal dari pegunungan dan telah melalui proses pengayakan.

Ciri khas lain dari kerupuk khas Cirebon ini adalah memiliki warna yang beraneka ragam. Seperti merah, putih, hijau dan kuning.

Kerupuk ini digoreng dengan menggunakan pasir panas ini dapat mengembang, layaknya digoreng dengan menggunakan minyak goreng. Hanya saja, kerupuk melarat terasa lebih kesat serta ringan.

Reporter : Mala Komala

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini