Lee Kwang Soo Ungkap Kondisi Cedera Kakinya hingga Keluar dari ‘Running Man’

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Baru-baru ini Lee Kwang Soo muncul sebagai di program “My Little Old Boy” yang tayang pada Minggu 2021. Ia hadir sebagai MC spesial.

Begitu Lee Kwang Soo muncul di lokasi syuting, para ibu-ibu selebriti mengungkapkan keprihatinan tentang cedera pergelangan kakinya. Diketahui, Ia mengalami patah pergelangan kaki kanannya dalam kecelakaan mobil pada Februari 2020.

Meskipun ia beristirahat dari aktivitas setelahnya dan telah menjalani perawatan rehabilitasi sejak itu, cedera yang terus berlanjut. Hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk mundur dari “Running Man” setelah lebih dari satu dekade di acara itu.

Pada “My Little Old Boy,” Lee Kwang Soo menjelaskan, “Sekarang setelah saya menyelesaikan semua syuting saya, saya akan menjalani operasi bulan depan dan menjalani perawatan rehabilitasi.”

“Saya tidak bisa mendapatkan perawatan rehabilitasi yang tepat ketika saya mengalami kecelakaan mobil, jadi kali ini saya akan menjalani operasi dan melepas penyangga dan direhabilitasi,”

Kim Jong Kook, yang merupakan pemeran tetap di “My Little Old Boy,” mampir ke studio saat MC sedang syuting untuk persahabatan lamanya dengan Lee Kwang Soo. Tetapi ketika dia melihat Lee Kwang Soo, dia bercanda, “Aku tidak datang untuk menemuimu, jadi kamu tidak perlu merasakan tekanan apa pun.”

Lee Kwang Soo mengungkapkan di acara itu bahwa ibunya telah membingkai nametag pertama bahwa dia pernah bisa merobek Kim Jong Kook dan benar-benar menggantungnya di rumahnya.

Konsep “My Little Old Boy” adalah untuk menyatukan putra selebritis dewasa dan ibu mereka saat para ibu mengamati putra mereka hidup sendiri. Dengan demikian, semua anggota pemeran belum menikah.

Lee Kwang Soo ditanya apakah dia pernah memikirkan alasan mengapa Kim Jong Kook belum menikah. Ia pun menjawab dengan hati-hati karena ada ibu Kim Jong Kook di ruangan itu.

Ia mengatakan, “Keyakinan pribadi saya adalah bahwa itu karena kepribadiannya. Kecuali dia yakin dengan orang lain, dia tidak akan membuka hatinya dengan mudah. Di masa lalu, dia tidak memiliki pemikiran untuk menikah, tetapi sekarang saya pikir dia ingin menikah lebih dari sebelumnya.”

Menanggapi pertanyaan provokatif, “Apakah menurut Anda Kim Jong Kook memiliki kepribadian yang kaku?”,

Lee Kwang Soo menjawab, “Dia orang yang sangat baik, tetapi dia sangat yakin dengan apa yang dia yakini benar dan salah. Jika sesuatu terjadi yang menurutnya tidak benar, maka dia akan menyeretnya keluar sampai akhir.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini