MATA INDONESIA, JAKARTA– Jika musim hujan telah tiba, ada baiknya masyarakat menghindari aktivitas di bawah hujan turun. Pasalnya, air hujan di Indonesia kini kandungan asamnya semakin lebih besar. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Hujan asam merupakan akibat dari pencemaran udara. Namun, jenis hujan biasa yang tingkat asamnya lemah ini sangat bermanfaat, karena dapat membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Kandungan dalam hujan asam ini memiliki kadar pH di bawah normal 5,6. Adapun hujan yang turun di wilayah Indonesia memiliki pH normal, sekitar 6.
Perlu diketahui, hujan asam tidak selalu butiran air saja tetapi bisa terjadi dalam bentuk kabut, hujan es, salju bahkan gas dan debu yang mengandung asam.
Mengutip dari satukanal.com, “pemantauan tingkat keasaman air hujan (pH) di Indonesia dilakukan di 52 stasiun. Pengambilan sampel menggunakan metode Wet Deposition dan Wet & Dry Deposition dengan alat Automatic Rain Water Sampler (ARWS). Analisis sampel air hujan dilakukan di laboratorium kualitas udara BMKG.”
Fenomena yang disebut hujan asam juga terjadi di Eropa dan Amerika Utara. Namun, penampakan hujan asam di media digantikan tentang perubahan iklim, masalah lingkungan dan pemanasana global. Hujan asam yang terjadi di Eropa dan Amerika Utara dapat teratasi, sebab peraturan polusi udara yang kuat di wilayah tersebut.
Penyebab hujan asam yakni belerang (sulfur) yang merupakan kotoran dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen, lalu membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida.
Adapun penyebab lainnya yaitu sulfur dan nitrogen yang dihasilkan dari industry, pembangkit listrik, kendaraan bermotot, hingga aktivitas pertanian. Sulfur dan nitrogen merupakan dua senyawa hasil pembakaran. Dapat berasal dari kebakaran hutan dan juga letusan gunung berapi. Lalu, pencemaran udara juga menyebabkan hujan asam yang dihasilakn oleh gas karbon monoksida, karbondioksida, hydrogen sulfida dan sulfur dioksidan.
Dampak dari hujan asam dapat mengubah komposisi tanah dan air, sehingga tidak dapat dihuni oleh hewan dan tumbuhan setempat. Bangunan dan monument batu kapur serta marmer juga dapat rusak jika terus menerus terkena hujan asam. Jika manusia terkena hujan asam dapat memicu penyakit, seperti paru-paru, kulit dan lainnya.
Untuk itu, kita dapat mencegah terjadi hujan asam dengan melakukan tindakan go green, yakni reduce, reuse dan recycle terhadap sampah plastik. Selain itu, dapat mengurangi penggunaan listrik yang menggunakan bahan bakar fosil, menggunakan transportasi umum, berjalan kaki dan mengendarai sepeda.
Reporter: Azizah Putri Octavina