Hati-hati! Ini 10 Bahaya Makan Mi Instan dengan Nasi

Baca Juga

Minews, Jakarta – “Kalau belum makan nasi, namanya belum makan.” Pendapat tersebut sudah menjadi sesuatu yang lazim bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Meski sudah makan apapun yang mengandung karbohidrat seperti mi instan, kalau belum makan nasi ya berarti belum makan. Bahkan tak tanggung-tanggung, ada sebagian orang Indonesia yang hobi mengonsumsi mi instan dan nasi secara bersamaan. Mi instan hanya dianggap sebagai lauk pelengkap.

Padahal tahukah kamu ada banyak bahaya tersembunyi di balik kebiasaan mengonsumsi mi instan dengan nasi. Dikutip dari halosehat.com, berikut 12 bahaya memakan mi instan dengan nasi bagi kesehatan tubuh.

Karbohidrat berlebih

Mi instan dan nasi sama-sama mengandung karbohidrat. Jika kamu terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, rasa laparmu akan hilang. Sehingga kecukupan nutrisi lain yang harusnya dipenuhi menjadi tidak terpenuhi. Padahal selain karbohidrat, tubuh juga membutuhkan protein, lemak dan mineral.

Meningkatkan hormon insulin

Memakan mi instan dan nasi bersamaan akan menghasilkan sekitar 750 kalori. Dari sisi medis, ini tentu saja tidak baik bagi tubuh. Ketika makanan yang mengandung karbohidrat masuk ke tubuh, ia akan dicerna menjadi gula dan amilum. Hasil dari proses pencernaan akan masuk pankreas dan diolah menjadi hormon insulin. Nah, kalau porsinya terlalu banyak, hormon yang diproduksi juga akan melebihi ambang batas normal.

Merusak pankreas

Ternyata mengonsumsi karbohidrat bisa berpotensi merusak pankreas. Jika terlalu banyak gula, maka pankreas akan bekerja lebih keras dari biasanya. Alhasil lama kelamaan pankreas akan mengalami kelelahan hingga kerusakan.

Berisiko menyebabkan diabetes mellitus

Kandungan kalori yang berlebihan akibat konsumsi nasi dan mi instan akan membuat kerja pankreas menjadi lebih keras. Jika pankreas lelah dan terjadi kerusakan maka tidak bisa berfungsi optimal dalam memisahkan gula dan darah. Yang terjadi nantinya, kedua zat tersebut menyatu dan tidak terfilter. Ujung-ujungnya bisa berakhir pada penyakit diabetes mellitus.

Menyebabkan kerusakan organ hati

Zat karbohidrat yang ada dalam tubuh yang berlebih akan dipecah menjadi zat lain. Misalnya kamu kekurangan nutrisi lemak. Maka karbohidrat tersebut juga akan dipecah menjadi lemak. Nah pemrosesan lemak ini akan ditransfer ke organ hati sebagai pembantu sistem pencernaan metabolisme. Tak mengapa jika hati menjadi tempat menumpuknya sel lemak yang baik. Tapi kalau jadi tempat menumpuknya lemak jahat? Duh, ngeri!

Melebarkan lingkar perut

Orang yang terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, volume atau lingkar perutnya berpotensi menjadi lebih lebar.

Memicu beragam penyakit

Dengan kondisi karbohidrat yang terlalu banyak, maka tubuh bagian perut akan menjadi lebih lebar. Jika ukuran perut adalah setengah dari tinggi badan, hal ini akan meningkatkan risiko obesitas. Nah kalau sudah obesitas, tentunya bisa memicu datangnya berbagai macam penyakit.

Meningkatkan risiko tekanan darah tinggi

Pada mi instan terdapat zat sodium yang mampu meningkatkan tekanan darah dalam tubuh. Bahkan mampu meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler seperti jantung.

Meningkatkan risiko kanker

Kanker salah satu penyakit yang penyebabnya adalah ketidakteraturan pola hidup, salah satunya pola makan yang buruk. Memakan mi instan juga bisa jadi salah satu pemicu kanker. Oleh sebab itu, jika kamu ingin menghindarinya, sebaiknya kurangi konsumsi mi. Paling tidak dua kali saja dalam satu minggu.

Mengganggu sistem pencernaan

Terlalu banyak mengonsumsi mi instan akan menyebabkan gangguan sistem pencernaan. Biasanya ditandai dengan mulas dan diare. Proses pencernaan mi sendiri membutuhkan waktu sekitar 2 hari. Oleh sebab itu sangat berbahaya jika kamu mengonsumsi mi terlalu sering.

Berita Terbaru

Presiden Prabowo Pastikan Keberlanjutan Pembangunan IKN guna Pemerataan Ekonomi yang Inklusif

Oleh: Mirza Ghulam Fanany*) Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai bagian dari...
- Advertisement -

Baca berita yang ini