MATA INDONESIA, JAKARTA – Sebuah studi mengungkapkan, dampak jangka panjang Covid-19 bisa meningkatkan risiko disfungsi ereksi pada pria.
Berbagai gejala ditunjukkan orang yang terpapar Covid-19, mulai dari yang ringan, sedang, hingga berat. Risiko lebih besar tentu mereka yang bergajala berat.
Tapi, bukan hanya soal gejala berat yang berisiko terjadi pada beberapa kelompok orang, efek jangka panjang dari infeksi Covid-19 juga tidak main-main. Salah satunya adalah risiko disfungsi ereksi pada pria.
Dampak jangka panjang infeksi Covid-19 terhadap kesehatan reproduksi pria, sudah dilaporkan dan diteliti sejak 2020 lalu. Disusul dengan studi terbaru yang mengungkapkan hal yang sama. Satu yang jadi pertanyaan, bagaimana cara infeksi virus SARS-CoV-2 meningkatkan risiko disfungsi ereksi pada pria?
Studi yang diterbitkan di jurnal Cambridge University Press Public Health Emergency Collection pada 2020 lalu, melaporkan adanya gangguan reproduksi pria akibat Covid-19. Diketahui dua orang pasien pria berusia 44 dan 31 tahun yang terinfeksi Covid-19 dan menjalani perawatan di ICU mengalami anorgasmia atau ketidakmampuan untuk mencapai orgasme setelah dinyatakan negatif atau sembuh.
Dikutip dari Halodoc, Rabu 14 Juli 2021, penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal of Endocrinological Investigation, peneliti menyoroti dampak virus corona pada tubuh secara keseluruhan, termasuk pada kesehatan seksual dan reproduksi pria. Para peneliti menyimpulkan bahwa bertahan hidup dari Covid-19 dapat dikaitkan dengan risiko disfungsi ereksi.
Penelitian tersebut menunjukkan adanya tiga faktor yang menyebabkan potensi timbulnya disfungsi ereksi pada pria yang telah terinfeksi Covid-19, yaitu:
1. Efek Vaskular
Perlu diketahui bahwa fungsi ereksi merupakan salah satu prediktor penyakit jantung, sehingga dapat dikatakan sistem vaskular dan sistem reproduksi saling berhubungan. Nah, COVID-19 menyebabkan hiperinflamasi di seluruh tubuh, terutama di jantung dan otot di sekitarnya.
Hal ini membuat suplai darah ke penis tersumbat atau menyempit, sebagai akibat dari kondisi pembuluh darah baru atau memburuk, yang disebabkan oleh infeksi virus.
2. Dampak Psikologis
Aktivitas seksual erat kaitannya dengan kesehatan mental. Stres, kecemasan, dan depresi yang disebabkan oleh virus dan pandemi dapat dikaitkan dengan disfungsi ereksi dan suasana hati yang buruk.
3. Penurunan Kesehatan Secara Keseluruhan
Disfungsi ereksi biasanya merupakan gejala dari masalah yang mendasarinya. Pria yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk berisiko lebih besar akan kondisi ini, serta berisiko memiliki reaksi parah akibat COVID-19. Karena virus dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, penurunan kesehatan secara keseluruhan dapat memengaruhi risiko disfungsi ereksi dan komplikasi lainnya.
Mengutip laman Cleveland Clinic, ahli urologi, Ryan Berglund, MD., mengatakan bahwa disfungsi ereksi bisa jadi penanda kesehatan secara keseluruhan.
“Jadi, pada pria muda dan sehat yang tiba-tiba mengalami disfungsi ereksi, terutama setelah COVID-19, ini bisa jadi indikasi sesuatu yang lebih serius,” katanya.