Di Pakistan, Roti Kebab Ternyata Disebut Burger Orang Miskin

Baca Juga

MATA INDONESIA, KARACHI – Makanan ternyata bukan hanya untuk mengenyangkan perut. Bagi orang-orang Pakistan, khususnya di wilayah Karachi, makanan ‘bun-kebab’ atau roti kebab menggambarkan suatu identitas seseorang.

Meski Roti kebab ini dijuluki sebagai ‘burger orang miskin’, banyak orang Pakistan yang merasakan nostalgia bersama makanan ini. Hal itu dikarenakan roti kebab dianggap sebagai makanan asli Pakistan yang dianggap belum disentuh atau dimodifikasi makanan lain.

Terkait asal-usul ‘bun-kebab’, Fahad Bhatti, seorang pendiri majalah pertama elektronik pria dengan nama majalah A-Lister Mister mengungkapkan bahwa ‘bun-kebab’ terlahir ketika Pakistan pisah dari bagian negara India.

Bun-kebab adalah Vada Pav (kudapan roti berisi kentang dengan saus dan cabai) khas dari India yang sudah dikembangkan dengan pilihan non-vegetarian bagi warga Pakistan.

Meski pada beberapa gerobak penjual roti kebab bertuliskan ‘burger’, makanan itu bukanlah burger. Makanan itu dikenal sebagai jajanan pinggir jalan.

Dilengkapi dengan saus yang memiliki rasa ciri khas dan sayuran, terkadang roti burger ini ditambahkan telur goreng. Dijual dengan harga berkisar kurang dari 100 Rupee Pakistan atau setara Rp 9.000.

Potongan daging dengan rempah-rempah sederhana seperti ketumbar, jinten dan cabai hijau menambah rasa lezat daging atau kentang sebagai pelengkap bun-kebab. Dengan bangganya orang-orang Pakistan memilih menyebut makanan ini sebagai ‘burger orang miskin’.

Tidak ingin disamakan dengan burger pada umumnya, roti kebab tidak dijual di restoran mahal atau hotel-hotel. Makanan ini hanya dijual di pinggir jalan.

Nah, di tahun 2019, perusahaan McDonal’s membuat inovasi dari ‘burger anday-waala’ atau sebutan roti kebab dengan isi telur goreng yang sangat disukai orang-orang Pakistan. Meski berbeda cara penyajiannya dari bun-kebab yang dibungkus kemasan koran seharga kurang dari 100 rupee, ‘Bun Kabab Meal’ versi McDonal’s dijual seharga 250 rupee.

Orang-orang Pakistan ternyata tidak banyak yang menyukainya. Hal ini karena anggapan bahwa bun-kebab harus dimakan di pinggir jalan.  Menurut Qalander Ali pemilik roti kebab yang sudah sukses di Karachi, makanan sejenis bun-kebab tidak cocok untuk diproduksi terlalu banyak. Sebab penyajiannya yang cukup rumit yang melahirkan rasa ciri khas pada bun-kebab.

Ali yang sudah berjualan bun-kebab sejak tahun 1977 mengungkapkan bahwa McDonal’s tidak akan bisa menyamai rasa bun-kebab. Isian roti pada bun-kebab harus dibentuk dengan proses alami menggunakan tangan bukan alat, adonan juga harus dicelupkan ke dalam putih telur, serta rotinya yang harus dilumuri minyak sampai ke bagian dalamnya.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini