Virus Corona Konspirasi Rockefeller Foundation dan Global Business Network?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Beragam kisah konspirasi diramu sedemikian rupa untuk menggiring opini publik terkait wabah corona (covid-19). Salah satunya ada dalam dokumen yang dirilis oleh Rockefeller Foundation dan Global Business Network yang ditampilkan di Universitas PBB.

Dokumen itu mengklaim wabah corona dan konsep lockdown sudah disetting sepuluh tahun lalu. Berjudul Scenarios for the Future of Technology and International Development, dokumen ini menceritakan situasi wabah dan kepanikan yang terjadi saat ini persis dengan skenario 10 tahun lalu.

Untuk memperkuat alibi mereka, Rockefeller Foundation dan Global Business Network mengundang akademisi dari berbagai universitas terkemuka dunia untuk membahas ‘kajian akademis’.

Mereka adalah Massachusetts Institute of Technology, University of California, Berkeley, New York University, Boston University dan The George Washington University.

Setelah pertemuan skenario 2010, dua tahun kemudian muncul virus SARS. Bahkan dalam dokumen skenario itu sudah dituliskan akan datang sebuah wabah flu baru yang sangat mematikan yaitu virus corona (SARS Cov-2).

Dalam skenario ini juga dijabarkan 8 tahapan. Soal wabah mematikan, termasuk Covid-19, yang tiap tahapannya persis dengan kondisi dunia saat ini, khususnya terjadi di Indonesia.

Pertama, ada wabah flu baru yang sangat mematikan. Kedua, ekonomi lumpuh, industri mati, rantai suplai hancur.

Ketiga, toko-toko dan kantor tutup, karyawan jadi pengangguran. Keempat, Amerika Serikat kena dampak.

Kemudian Cina mengawali lockdown dan bisa sembuh dari wabah. Keberhasilan Cina dengan lockdown-nya dengan tujuan agar agar negara di dunia meneladani lockdown seperti Cina.

Kelima, penduduk dunia diharuskan pakai masker dan cek temperatur suhu di pintu masuk.

Keenam, kontrol otoriter terus berjalan dan terus ditingkatkan walau wabah telah hilang.

Ketujuh, rakyat dunia seperti tawanan di penjara dan lama-lama bakal pasrah dan menyerah.

Kedelapan, rakyat dunia akhirnya sukkarela minta dipasang biometrik ID atau chip dalam tubuh mereka untuk mengakhiri derita mereka.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jaga Demokrasi Pilkada Papua, Pemerintah Antisipasi Gangguan OPM

PAPUA — Pemerintah dan aparat keamanan berkomitmen kuat untuk menjaga keamanan dan stabilitas demi kelancaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)...
- Advertisement -

Baca berita yang ini