MATA INDONESIA, JAKARTA – Perjalanan musik dangdut untuk bisa dicintai masyarakat Indonesia rupanya tidak mudah. Pada awal 1970, para penggemar dari musik dangdut dan musik rock sering kali berseteru hingga terjadi bentrok fisik.
Mulanya perseteruan ditandai dengan kehadiran Rhoma Irama bersama grup musiknya, Soneta. Grup tersebut memberikan sentuhan rock pada musik Melayu.
Rhoma sengaja melakukan revolusi musik Melayu lantaran saat itu Indonesia dilanda demam rock dengan melejitnya ketenaran Led Zeppelin dan Deep Purple. Di pertengahan 70-an, Rhoma berseteru dengan Benny Soebardja, gitaris The Giant Step.
Dalam acara Archipelago Festival di Jakarta pada 13 Oktober 2018, Rhoma mengatakan bahwa Benny pernah mencerca musik dangdut dengan sebutan ‘musik tai anjing’ yang dipublikasikan di Majalah Aktuil. Saat itu, musik dangdut sedang populer.
Tidak mau kalah, Rhoma pun membalas bahwa musik rock sebagai ‘terompet setan’.
Setiap kali ada acara musik dangdut, penggemar musik rock akan melakukan tindakan anarkis, begitu pula sebaliknya.
Bahkan, Rhoma bercerita, dia pernah tampil di Lapangan Tegallega Bandung dan saat itu puluhan ribu orang saling lempar batu hingga polisi tidak dapat berkutik. Memang diketahui kalau daerah Tegallega merupakan markas penggemar The Giant Step.
Mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, yang sebelumnya juga anggota The Giant Step, menanggapi pertikaian saat itu. Hal tersebut dikarenakan ada rasa cemburu di mana musik dangdut dianggap sebagai ancaman terhadap musik rock.
Perseteruan musik dangdut dan rock menjadi bagian sejarah yang tidak terlupakan di panggung hiburan Tanah Air. Baik penggemar musik dangdut maupun rock tidak segan untuk menyakiti musisi yang tampil.
Perseteruan rock dan dangdut mulai mereda setelah adanya konser ‘Damai Awal Tahun’ pada 1977 yang mempertemukan God Bless dan Soneta. Konser ini menandai awal berhentinya perseteruan dari kedua aliran musik tersebut.
Seiring berjalannya waktu, musik rock dan dangdut berdamai pada tahun 1987 sampai 1988, seperti dijelaskan Rhoma, lewat pertemuan yang digagas oleh Pemimpin Pemuda Pancasila, Yapto Soerjosoemarno.
Reporter: Safira Ginanisa