MATA INDONESIA, JAKARTA – Perayaan hari raya Imlek bukan sekadar ritual. Tahun baru Cina ini syarat dengan makna dalam setiap ritualnya dan simbol seperti kue keranjang yang khas sebagai sajian setiap Imlek.
Banyak orang Cina atau komunitas Tionghoa peranakan di Indonesia yang melakukan persiapan sebelum Imlek. Salah satunya membersihkan rumah hingga tempat-tempat ibadah.
Mereka percaya, Dewa Rezeki hanya mau mendatangi rumah yang bersih saat hari raya Imlek. Dengan keadaan rumah yang bersih, orang Tionghoa percaya rezeki lancar mengalir.
Dewa Rezeki yang bertugas untuk memberikan harta dan kekayaan kepada umat manusia itu bernama Zhao Gong Ming.
Zhao Gong Ming atau sebutannya Dewa Kabar Baik karena dapat memberikan kebahagiaan pada orang-orang. Zhao Gong Ming selalu membantu semua manusia berbudi luhur dan rajin yang sedang mengalami kesulitan sehingga menjadi berbahagia. Hari kebesarannya setiap tanggal 15 bulan 3 Imlek.
Zhao Gong Ming sering tampil sebagai seorang panglima perang berwajah bengis. Dengan pakaian perang lengkap, satu tangan menggenggam ruyung sementara tangan yang lain membawa sebongkah emas. Ia juga menduduki seekor harimau.
Penggambaran ini berdasarkan cerita buku Dewa-Dewi Feng Shen Bang. Dewa Rezeki itu merupakan pemimpin dari Wu Lu Cai Shen atau Dewa Harta Lima Penjuru. Zhao Gong Ming mempunyai empat pengiring atau Cai Shen Shi Zi atau Duta Dewa Kekayaan. Dia bersama keempat pengiringnya itu sering di visualisasikan dalam bentuk lukisan gambar dan patung.
Keempat pengiring Dewa Rezeki itu adalah
- Dewa Harta Timur bernama Xiao Sheng dengan gelar Dewa Pemanggil Mustika.
- Harta Barat bernama Cao Bao dengan gelar Dewa Pengumpul Benda Berharga.
- Dewa Harta Selatan bernama Chen Jiu Gong dengan gelar Dewa Pemanggil Kekayaan.
- Harta Utara bernama Yao Shao Si yang bergelar Dewa pemanggil Keuntungan.
Selain Zhao Gong Ming, kelimanya tidak pernah mendapat pemujaan secara terpisah. Hari raya untuk Wu Lu Cai Shen setiap tanggal 5 bulan 1 Imlek.
Larangan
Dalam kepercayaan Tionghoa, selama tiga hari setelah Imlek, terhitung dari tahun baru dan dua hari sesudahnya, ada larangan memegang sapu, alias menyapu. Kabarnya Dewa Rezeki Zhao Gong Ming bersembunyi di balik debu. Jadi, kalau menyapu, khawatir sang dewa akan ikut terbuang.
Selain membersihkan rumah, menyiapkan berbagai hidangan bercita rasa manis menjadi sebuah ritual wajib. Dapur menjadi salah satu tempat untuk mengolah berbagai macam makanan untuk para tamu dan kerabat yang datang ke rumah.
Nah, kepercayaan masyarakat Tionghoa, dapur menjadi tempat Dewa Dapur Cao Kung Kong atau Zhao Shen untuk menyelidiki perilaku manusia di Bumi. Itu sebelum ia melaporkannya pada Kaisar Langit (Dewa Agung) tentang semua kebaikan dan keburukan manusia sepanjang tahun.
Tepatnya satu pekan sebelum perayaan tahun baru Imlek, Dewa Dapur sudah inspeksi. Konon, dewa dapur ini akan memberikan penilaian dan melaporkannya pada Dewa Agung di surga.
Untuk mencegah pelaporan atas hal-hal buruk pada Dewa Agung, masyarakat keturunan Tionghoa pun memberikan berbagai persembahan. Salah satunya dengan makanan yang manis.
Warga Tionghoa percaya bahwa makanan manis kesukaan para Dewa Dapur adalah kue manis yang terbuat dari bahan ketan. Dalam perayaan Imlek, kue ini namanya dodol manis atau kue keranjang. Kepercayaan kenapa bentuk bulat kue ini agar hidup mereka dapat bersatu dan rukun.
”Semua dewa memiliki sifat seperti manusia, yaitu menyukai manis. Kalau suguhannya makanan manis, mudah-mudahan dewa dapur akan memberikan laporan positif. Sehingga keluarga yang memberi sajian manisan nantinya mendapat rezeki berlimpah,” kata pakar kuliner Tiongkok, Hiang Marahimin.
Menurut legenda, Dewa Dapur itu berasal dari zaman Dinasti Qing (1644-1911). Saat itu Kaisar melihat ternyata dapur merupakan tempat berkumpulnya para dayang wanita. Di mana dari sana sering berkembang gosip dan fitnah di lingkungan istana. Sehingga menyebar keluar dan memengaruhi ketentraman masyarakat lingkungannya.
Karena itu Kaisar kemudian memerintahkan bahwa setiap rumah warga di dapurnya harus memasang Dewa Dapur. Dalam titah itu ada pengumuman bahwa Dewa Dapur akan mengawasi, serta mencatat semua omongan serta kegiatan di dapur setiap harinya.
Lalu pada tanggal 26 bulan 12 Imlek, Dewa Dapur akan naik ke langit menemui Kaisar Langit (Yi Huang Ta Ti), untuk melaporkan semua catatannya mengenai keluarga yang dia awasi.
Oleh karena itu, setiap rumah tangga yang ada tempat sembahyang kepada Dewa Dapur akan membuat upacara persembahan kepada sang Dewa Dapur pada tanggal tersebut. Tujuannya mengantar Dewa Dapur naik ke langit. Sembahyang kepada Dewa Dapur ini juga sebagai tanda bermulanya sambutan perayaan Tahun Baru Imlek.
Selanjutnya, sisa waktu tujuh hari menyambut tahun baru Imlek biasanya ada waktu sehari yang dimanfaatkan untuk membersihkan altar sembahyang dan rupang atau patung Dewa Dewi. Baik yang ada di kelenteng ataupun di tempat sembahyang pribadi di rumah.
Pembersihan altar sembahyang dan rupang atau patung Dewa-Dewi ini merupakan sebuah simbol tanda bakti untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Dewa-Dewi ketika kembali turun pada hari ke 4 setelah Imlek.
Pembersihan di kelenteng juga bertujuan untuk mempersiapkan diri. Karena orang-orang akan mulai ramai datang pada saat menjelang dan sesudah perayaan Imlek. Setelah itu pada hari ke-empat di tahun yang baru setelah Imlek, ada lagi upacara persembahyangan menyambut turunnya Dewa-Dewi dari langit ke bumi.
Persembahyangan ini umumnya di kuil atau kelenteng. Namun ada pula yang melakukan sembahyang di rumah masing-masing. Upacara sembahyang ini sekitar tengah malam menjelang tibanya tanggal empat (subuh).
Reporter: Indah Utami