Jaga Persatuan, Lawan Polarisasi: Ulama dan Akademisi Ajak Masyarakat Bangun Narasi Positif

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta – Dalam sebuah talkshow bertajuk “Jaga Persatuan untuk Indonesia Cemerlang” yang disiarkan melalui program Sapa Indonesia Malam, tiga tokoh nasional menyuarakan pentingnya menjaga optimisme dan persatuan bangsa di tengah tantangan global dan nasional. Wakil Ketua Umum MUI Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, dan Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia Dr. Aditya Perdana, bersama Presiden RI terpilih Prabowo Subianto, menjadi narasumber yang menggarisbawahi pentingnya membangun narasi positif di tengah masyarakat.

Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud menegaskan bahwa masyarakat perlu menjaga keseimbangan antara harapan dan kenyataan. Menurutnya, keinginan manusia memang tidak terbatas, namun kemampuan sumber daya dan anggaran negara tentu memiliki batas. Pihaknya juga mengingatkan bahwa kritik seharusnya membangun, bukan mengarah pada kebencian. Dalam konteks ini, komunikasi antara ulama dan masyarakat perlu terus dijaga agar solusi bersama bisa tercipta.

“Jika hanya terpaku pada narasi ‘Indonesia gelap’, maka akan sulit melahirkan solusi. Justru, kita perlu bersyukur dan memaksimalkan apa yang ada untuk kemajuan bersama,” ujar Kyai Marsudi.

Sinergi antara tokoh agama dan masyarakat dari pusat hingga desa dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi berbagai tantangan global. Keberhasilan masa lalu dalam menghadapi krisis seperti pandemi Covid-19 juga bisa menjadi pelajaran penting dalam membangun kolaborasi antara pemerintah dan rakyat ke depan. Dalam konteks ini, keterlibatan semua pihak menjadi krusial agar langkah pembangunan tidak terhambat oleh polarisasi sosial maupun politik.

Sementara itu, Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, Dr. Aditya Perdana menjelaskan dalam menghadapi tantangan global, Presiden bisa merangkul masyarakat agar dapat bersama – sama mencapai target untuk wujudkan Indonesia yang yang lebih baik.

“Dalam menghadapi tantangan global, Presiden Prabowo telah berhasil merangkul seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Dengan merangkul seluruh elemen masyarakat, Presiden membangun fondasi kebersamaan yang kokoh untuk menghadapi berbagai tantangan, baik di tingkat nasional maupun global. Pendekatan inklusif ini tidak hanya memperkuat kepercayaan publik, tetapi juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan demi terciptanya Indonesia yang adil, sejahtera, dan berdaya saing,” jelasnya.

Presiden Prabowo Subianto sendiri menampilkan pendekatan optimis dalam menata arah pembangunan nasional. Setiap langkah diambil dengan pertimbangan matang terhadap kondisi global, namun tetap menjunjung semangat persatuan. Sikap terbuka Presiden Prabowo terhadap kritik dan masukan dari berbagai pihak menunjukkan komitmen kuat pada prinsip demokrasi deliberatif yang patut diapresiasi.

Dengan mengedepankan komunikasi terbuka, semangat gotong royong, dan sikap optimis, Pemerintah berharap dapat memperkuat ketahanan nasional dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia. Sinergi antara pemerintah, tokoh agama, sejarawan, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan serta mempercepat transformasi sosial dan ekonomi bangsa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini