Ini Perbedaan Ibadah Haji Orang Kafir Sebelum Zaman Nabi Muhammad SAW

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ibadah haji sebenarnya adalah ritual sejak Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Penerus ritual ini adalah masyarakat yang tinggal di jazirah Arab dan sekitarnya. Tidak hanya di wilayah itu, beberapa wilayah lainnya akhirnya menjadikan ritual haji sebagai sarana beribadah kepada dewa-dewa mereka.

Dewa-dewa ini berkumpul dalam bentuk patung berhala dan disimpan di Kabah, sebuah bangunan yang berada di tengah kota Mekkah. Setiap tahun masyarakat jazirah Arab berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Sebelum zaman Nabi Muhammad, ibadah haji sudah dilaksanakan sejak zaman jahiliah pada saat periode Nabi Ibrahim. Pada zaman ini keadaan masyarakat tidak memahami aturan agama yang membuat mereka bertindak bodoh.

Kaum jahiliah dalam tata cara beragama juga berkomitmen untuk mengikuti tradisi keagamaan Nabi Ibrahim. Namun, amalan ini sudah bercampur dengan hawa nafsu mereka. Serta menyatu dengan ajaran baru dari budaya setempat khususnya dalam hal ibadah haji.

Misalnya, saat berthawaf di Baitullah kaum musyrikin mengucapkan LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA (Aku memenuhi panggilan Mu wahai Dzat yang tiada sekutu bagi Mu). Maka Rasulullah bersabda,

Celakalah kalian, cukuplah ucapan itu dan jangan di teruskan.” Tapi mereka meneruskan ucapan mereka; ILLAA SYARIIKAN HUWA LAKA TAMLIKUHU WAMAA MALAKA (kecuali sekutu bagi-Mu yang memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai).” (HR. Muslim no. 1185).

Selain itu hal lain kegiatan orang kafir saat ibadah haji yakni:

  1. Dalam pelaksanaan wukuf, Nabi Muhammad sering melakukannya bersama kaum muslimin di Arafah. Ini berbeda dengan orang-orang kafir Quraisy yang dahulu wukuf di Muzdalifa dan mengatakan, “kita tidak meninggalkan wukuf kecuali dari tanah haram Muzdalifah.” (HR Bukhari).
  2. Saat matahari tenggelam, Nabi Muhammad keluar meninggalkan Arafah dan beranjak dari Muzdalifah sebelum terbit. Sedangkan dalam ajaran kaum musyrikin pergi meninggalkan Arafah sebelum matahari tenggelam dan beranjak sesudah matahari terbit.
  3. Nabi Muhammad memerintahkan Aisyah untuk melakukan umroh sesudah melaksanakan haji. Sementara ajaran kaum musyrikin tidak memperbolehkan umrah kecuali sudah masuk bulan Safar.
  4. Nabi SAW sengaja membuat orang-orang musyrik emosional dengan menampakkan syiar-syiar Islam di berbagai tempat. Hal ini karena mereka menampakan kekufuran dan permusuhan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Bahkan, dalam hal pakaian pada masa jahiliyah ada ketentuan untuk wanita saat melakukan tawaf harus telanjang bulat dan jamaah pria memakai pakaian lengkap. Bagi wanita tidak boleh ada selembar kain maupun benang yang menempel di tubuhnya.

Saat masa kegelapan itu, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir (khataman nabiyyin) yang bertugas untuk meluruskan akhlak dan Syariah. Salah satunya adalah tata cara ibadah haji yang baik dan benar.

Reporter: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini