Berkat DNA Kuno, Terungkap Sebuah Korban Pompeii yang Diduga Tak Berusaha Melarikan Diri Saat Ledakan Gunung Vesuvius

Baca Juga

MATA INDONESIA, ROMA – Pompeii merupakan sebuah kota Romawi Kuno dekat Naples. Dulu, kota ini sebuah peradaban yang sangat maju. Semua berubah ketika letusan dahsyat Gunung Vesuvius menewaskan hampir 16.000 nyawa penduduknya. Tidak hanya Pompeii, kota tetangganya Herculaneum pun hancur lebur.

Ledakan yang terjadi saat itu membuat hampir setiap desa, rumah serta pertanian di sekitarnya hingga jarak 15 mil luluh lantak. Menurut para ahli, diperkirakan letusan Gunung Vesuvius pada tahun 79 masehi terjadi pada bulan Oktober.

Warga Pompeii yang bermukim di kawasan kaki Gunung Vesuvius terkena dampak paling parah. Mereka tidak bisa bernapas karena udara tertutup abu serta gas beracun. Satu-satunya saksi mata yang menjadi sumber tepercaya dalam bencana alam ini ialah Plinius Muda, yang mengirimkan surat kepada sejarawan Tacitus.

Setelah berabad-abad berlalu, para peneliti mempelajari sisa-sisa manusia dari Pompeii. Dan berhasil mengungkap informasi genetika dari tulang seorang laki-laki dan perempuan yang terkubur 2.000 tahun lalu.

“Genom manusia Pompeii” pertama ini adalah seperangkat “instruksi genetika” yang hampir lengkap dari para korban. Terkode dalam DNA yang ekstraks dari tulang mereka. DNA manusia itu terawetkan dengan sangat baik dalam jasad yang terbungkus abu kemudian mengeras seiring waktu.

Sebuah temuan ini muncul dalam jurnal ilmiah Scientific Reports.

Kedua orang itu pertama kali ditemukan pada 1933 oleh para arkeolog Pompeii di Casa del Fabbro, atau The Craftsman’s House. Saat ditemukan, posisi kedua jasad telungkup di sudut ruang makan, seolah-olah mereka sedang makan siang ketika letusan terjadi.

Menurut antroplog Dr Serena Viva dari University of Salento, kedua korban tersebut tidak berusaha melarikan diri.

Melansir dari BBC, Dr Viva mengatakan ”Dari posisi tubuh mereka tampaknya mereka tidak melarikan diri. Penyebab mereka tidak melarikan diri bisa jadi ada hubungannya dengan kondisi kesehatan mereka.”

Keutuhan kerangka dua korban tersebut serta teknologi laboratorium terbaru memungkinkan para ilmuwan untuk mengekstraks banyak informasi dari “jumlah bubuk tulang yang sangat kecil.” seperti penjelasan Prof Scorrano.

Studi genetika mengungkapkan bahwa kerangka si pria mengandung DNA dari bakteri penyebab tuberkulosis, menunjukkan bahwa ia mungkin mengidap penyakit tersebut sebelum kematiannya. Dan fragmen tulang di dasar tengkoraknya mengandung DNA utuh yang cukup untuk mengetahui seluruh kode genetikanya.

Ini menunjukkan bahwa ia memiliki “penanda genetika” – atau titik referensi dalam kode genetikanya – yang sama dengan beberapa individu lain yang tinggal di Italia. Selama zaman Kekaisaran Romawi.

Namun ia juga memiliki sekelompok gen orang-orang yang berasal dari Pulau Sardinia. Ini menunjukkan mungkin ada tingkat keragaman genetika yang tinggi di Semenanjung Italia pada saat itu.

Dr. Viva mengatakan bahwa setiap jasad manusia di Pompeii adalah “harta karun”.

Menurutnya, orang-orang ini adalah saksi bisu salah satu peristiwa sejarah paling terkenal di dunia.

Reporter : Alyaa

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jelang Hari Buruh Sedunia, Polda DIY Serahkan Bantuan Sembako

Mata Indonesia, Yogyakarta – Memperingati Hari Buruh Sedunia, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H., menyerahkan bantuan sembako kepada Koperasi Konsumen Persatuan Buruh DIY di Gedung Pertemuan Bumi Putera Yogyakarta, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini