Volunteer Juga Pahlawan

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Pahlawan bukan hanya soal mereka yang membela kebenaran dari kejahatan yang terjadi. Namun juga membela sesuatu yang benar dari sebuah keterpurukan. Hal ini dikuatkan dengan pahlawan dalam KBBI yang berarti ; orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani.

Lantas, apakah para volunteer juga bisa disebut sebagai pahlawan? Tentu saja iya. Melihat kata “pengorbanan”, para volunteer seringkali mengorbankan banyak hal agar bisa sampai ke tempat pengabdian.

Entah itu dari finansial, volunteer acap kali bepergian ke daerah pengabdian menggunakan uangnya sendiri. Tenaga, waktu, pemikiran, semua dikerahkan secara maksimal saat pengabdian agar apa yang mereka lakukan bisa bermanfaat dan berkesinambungan di daerah tersebut.

Seperti yang dilakukan para volunteer dari Bakti Milenial yang merupakan sebuah program pengabdian masyarakat dari organisasi besar bernama Indonesia Milenial Connect atau Imconnectid. Ini adalah kali kedua kami mengadakan voluntrip, lokasinya tersebar di empat titik namun cerita kali ini berasal dari Dusun Lenggorong yang terletak di kaki Gunung Rinjani.

Terdapat sekitar 50 volunteer yang sebelumnya tidak saling mengenal, namun visi misi yang satu lah membuat mereka lekas akrab dan bekerjasama dengan baik. Ada yang berangkat dengan kapal, juga ada yang menggunakan pesawat, namun semuanya sama saja ketika bus yang kami naiki memasuki dusun yang jalannya sangat menanjak, berlubang, dan membuat mual itu.

Disini tujuan kami sama-sama mengabdi, tentunya dengan program kerja masing-masing yang berbeda namun bersangkut-paut. Ada yang dari divisi Pendidikan, membangun perpustakaan mini dengan banyak buku donasi agar anak-anak di dusun bisa membaca buku yang bervariasi sehingga dunia yang dibacanya lebih luas.

Divisi lingkungan, mereka membantu membuat rak buku dan gardu, mendirikan palang wisata, serta membersihkan jalan dan membuat lapangan dusun menjadi lebih asri.

Divisi PSDM dengan prokernya, mengedukasi pemuda desa untuk lebih melek teknologi dan memanfaatkannya dengan lebih baik lagi. Terakhir, divisi kesehatan, tentunya yang paling disukai oleh ibu-bapak dan lansia di dusun karena mereka bisa memeriksakan kesehatannya dengan gratis. Begitulah yang dilakukan oleh volunteer, atau bisa disebut relawan jika kalian masih belum ngeh, yang mengabdikan dirinya secara sukarela tanpa berharap imbalan apapun.

Aku sendiri, menurut kalian masuk divisi mana nih? Jangan terkejut kalau aku bilang aku tidak bergabung di keempatnya. Karena memang benar, aku bukan bertanggung jawab disitu, melainkan menjadi koordinator konsumsi selama pengabdian masyarakat.

Awalnya merasa sedih karena kurang banyak terjun langsung kepada para warga lokal. Namun bagusnya, aku bisa dekat dengan mereka melalui cara selain program kerja. Dimulai dengan masak bareng ibu-ibu, disana kami sering kali memasak sambal mete. Yap, sambal yang dibuat dari jambu mete yang merupakan makanan lokal di Lombok. Kalau kalian kesini, wajib banget nih buat mencicipi sambal mete yang digoreng sampai harum.

Saat tidak ada program kerja, apakah para volunteer ini akan bersantai ria? Tentu saja tidak, waktu-waktu saat pengabdian sangat berharga, sangat disayangkan jika hanya dipakai untuk leha-leha. Waktu kosong ini kami gunakan untuk membaur ke warga lokal tanpa pandang usia.

Berdiskusi dengan para orangtua mengenai kebun buah naga dan jambu mete yang sangat subur dan paling menghasilkan cuan untuk mereka. Bercengkerama dengan pemuda desa, membicarakan pertumbuhan dan perkembangan negara, dan sedikit candaan tentang masa depan yang masih agak kelabu.

Bermain dengan anak kecil, sesekali ikut mengajari mereka membaca al-Qur’an agar lebih fasih di langar desa yang bangunannya belum jadi, menikmati es krim yang meleleh karena harus membelinya dari toko yang jauh jaraknya, sambil melihat sunset di ujung lapangan dengan angin yang menerbangkan rambut kesana kemari.

Kehadiran volunteer bukan hanya menjadi fasilitas bagi desa dan warga lokal, tapi juga memberikan kehangatan, kebahagiaan, dan teman cerita bagi siapapun yang berhadir disana. Bagiku sendiri, merupakan suatu kebanggaan bisa membuat mereka tertawa dan merasakan kesenangan saat bermain sambil mengambil banyak foto dokumentasi.

Anak-anak disana benar sangat antusias dengan hal-hal yang kami bawa, terutama kamera. Ada banyak anak SD yang berbakat dalam fotografi namun tidak ada fasilitas bagi mereka untuk memiliki teknologi ini. Sehingga kehadiran kami sangat dinanti-nantikan oleh mereka.

Dijah, Maya, dan anak-anak lainnya, seringkali mencariku jika aku tidak ada di lokasi program kerja. Tentu saja hal yang sebenarnya dicari oleh mereka adalah kamera, bukan benar-benar mencariku. Dengan begitu, sudah terlihat jelas bukan, betapa semangatnya mereka untuk memiliki passion dibidang fotografi ini. Harapanku agar suatu hari nanti bisa menghadiahi barang ini. Doakan saja ya!

Di penghujung baris, aku hanya ingin mengatakan bahwa menjadi volunteer adalah sesuatu yang luar biasa. Tidak semua pemuda mampu dan mau untuk menjadi relawan, entah karena tidak punya waktu, merasa tidak punya bekal yang bisa dibagi, ataupun alasan lainnya yang sangat bisa dimaklumi.

Menjadi sebuah kebanggaan bisa menggunakan sedikit masa muda untuk kegiatan yang bermanfaat bagi banyak pihak ini. Aku ingin mengapresiasi semua volunteer dimanapun itu, dari organisasi atau instansi manapun, dengan berterimakasih karena telah mau menjadi pahlawan bagi warga lokal, bagi anak-anak, dan bagi volunteer itu sendiri.

Penulis: Shofiyya Sholihah 

IG/TWTL @shofxyou

FB:  Naega Nuguya,

Youtube: @SHOF X YOU

Tiktok: shofx.xyou

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Masyarakat Berperan Jaga Situasi Keamanan Tetap Kondusif Pasca Pilkada

Oleh Triyuri Septiana )* Proses rekapitulasi suara dalam Pilkada Serentak 2024 menjadi salah satu tahapan penting yang memerlukan perhatian serius...
- Advertisement -

Baca berita yang ini