Peran Pendidikan dalam Mencetak Kaum Milenial Menjadi Pahlawan di Eranya

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Selalu ada intervensi kaum muda dalam berbagai perubahan sosial di Tanah Air. Tentu saja peristiwa 10 November yang merupakan salah satu pertempuran paling membara dalam sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari campur tangan kaum muda.

Sosok yang paling dikenal sekaligus yang menjadi  pemimpin dalam pertempuran tersebut adalah Bung Tomo. Usianya pada saat itu 25 tahun. Ia memiliki peran yang sangat krusial, orasinya mampu membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Meskipun kita tidak hidup pada masa itu, tentu saja kita dapat membayangkan betapa berat rintangan yang sosok muda Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo lainnya hadapi demi mempertahankan harga diri bangsa. Jika diilustrasikan dengan kaum muda saat ini, Bung Tomo dapat dikatakan sebagai sosok yang baru saja selesai mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

Hal ini memicu timbulnya pertanyaan, bagaimana dengan kaum muda era globalisasi? sinergi apakah yang sudah dilakukan untuk kemajuan bangsa? pertanyaan inilah yang perlu dihadirkan kembali dalam memaknai momentum hari pahlawan pada 10 November 2021 lalu.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita tidak perlu membandingkan kaum muda era penjajahan seperti Bung Tomo dengan kaum muda era globalisasi, karena sungguh tidak adil, kita sama-sama mengetahui bahwa dahulu dengan saat ini rentang waktunya sangat lama dan tentu saja persoalan yang dihadapi pun berbeda. Pada era penjajahan kaum muda mengambil peran sebagai agen perubahan sosial dengan cara mengangkat senjata, menitikkan darah di medan pertempuran, serta rela berkorban jiwa raga untuk melawan penjajah.

Namun di era globalisasi dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat masif ini, kaum muda yang lebih dikenal dengan sebutan kaum milenial memiliki cara yang berbeda dalam mengambil peran sebagai agen perubahan sosial. ditinjau dari terminologinya, kaum milenial ini adalah mereka yang lahir pada rentang 1981-2000 dengan estimasi usia sekitar 17-35 tahun.

Kaum milenial memiliki karakter berpikiran terbuka, adaptif, multitasking tetapi kurang fokus dan mudah bosan. Hal ini yang menjadi pembeda antara kaum milenial dengan kaum muda dahulu. Meskipun dengan karakter tersebut, bukan tidak mungkin kaum milenial juga tetap dapat berperan dalam menciptakan perubahan sosial.

Disinilah peran lembaga pendidikan dibutuhkan. Pendidikan yang diberikan kepada kaum milenial hendaknya dapat memfasilitasi mereka untuk mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan di era globalisasi seperti saat ini. karakter kaum milenial yang terbuka, adaptif terhadap perkembangan teknologi, dan multitasking ini dapat menjadi bekal untuk mengembangkan model pendidikan yang nantinya mencetak generasi yang kompetitif dalam menjawab tantangan zaman.

Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Hal ini berdasarkan pernyataan ketua umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) jika ditinjau dari skala internasional. Berdasarkan Human Development Index (HDI), Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS), Progress In International Reading Literacy Study (PIRLS) serta Programme for International Student Assesment (PISA) peringkat Indonesia berada pada posisi menengah ke bawah hingga rendah.

Persoalan ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah para pendidik seperti guru dan dosen namun semua elemen yang terlibat dalam sektor pendidikan. Hal ini juga harusnya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan kaum milenial. Tantangan zaman yang semakin hari semakin kompleks sudah seharusnya dapat dipahami oleh kaum milenial.

Kita semua percaya bahwa pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi milenial menjadi pemeran utama dalam membawa Indonesia menjadi lebih baik ke depannya. Jika sosok muda Bung Tomo dahulu mampu berjuang melawan penjajah untuk bangsa, maka kaum milenial dapat melakukan hal yang sama dengan kompetensi yang dimiliki.

Pahlawan adalah mereka yang memiliki visi menegakkan kebenaran. Ayo menjadi pahlawan dengan belajar, berkarya, dan berkarakter!

Penulis             : Sarifa Faridatil Ilmi Al Idrus

Facebook         : Farida Hamzah Al Idrus

Instagram        : @farida_alidrus

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sleman Siap Jadi Destinasi Favorit Libur Nataru, Target Kunjungan Naik Signifikan

Mata Indonesia, Sleman - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman menetapkan target kunjungan wisatawan mencapai 300-500 ribu selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025. Untuk mendukung pencapaian tersebut, puluhan acara telah dipersiapkan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini