MATA INDONESIA, – “Pahlawan pembela kebenaran!”
Sebuah frasa yang pada setiap katanya saling mengidentikan satu sama lain. Frasa tersebut terkesan klise, tetapi bila kita memaknai lebih dalam, maka justru kita dapat melihat arti yang lebih besar dari kata pahlawan. Kita terbiasa memahami makna pahlawan sebagai orang yang membela kemerdekaan tanah air dan berperang hingga titik darah penghabisan. Sehingga ketika kita diminta menyebutkan siapa saja para pahlawan, maka kita cenderung menyebutkan tokoh-tokoh nasional pejuang kemerdekaan Indonesia seperti Pattimura, Martha Tiahahu, Imam Bonjol, Kartini dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, makna pahlawan kian berkembang. Ia tidak lagi terbatas pada seseorang yang berperang demi kemerdekaan, tapi juga mereka yang memiliki jasa-jasa besar, baik bagi banyak orang, maupun secara personal terhadap diri kita. Ibu, contohnya. Bagi banyak orang, Ibu menjadi sosok pahlawan yang taik ternilai jasanya. Pada dasarnya, setiap orang lahir dari seorang ibu, meski tak semua memiliki dan merasakan jasa-jasanya.
Bagi generasi milenial, makna pahlawan bisa semakin beragam. Pasalnya, generasi ini hidup di era yang membuka pengetahuan dan informasi tanpa batas. Jika kita tarik waktu ke belakang, generasi milenial lahir hampir bersamaan dengan teknologi yang banyak mengubah peradaban manusia saat ini: internet. Tahun 1983 diyakini sebagai kelahiran internet yang ditandai dengan ditemukannya inovasi protokol komunikasi berbasis Transfer Control Protocol/Internetwork Protocol.
Internet mengubah banyak aspek dalam peradaban manusia, terutama aspek komunikasi dan pertukaran informasi. Kemudahan dalam penyebaran informasi membuat peradaban dunia semakin maju, karena penyebaran ilmu pengetahuan tidak lagi terbatas jarak. Kita bisa dengan mudah mempelajari bagaimana cara berkebun jagung yang berkualitas dari seseorang yang baru saja berhasil memanen di belahan dunia lain. Kultur peradaban ini juga yang membentuk generasi milenial menjadi generasi emas yang sangat haus akan inovasi dan informasi-informasi terkini.
Setiap penemuan baru dalam peradaban manusia selalu memiliki dua sisi kemanfaatan layaknya dua sisi mata pisau. Dan seperti inovasi lainnya, kemanfaatan internet juga membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Jika internet dapat dijadikan media utuk menyebarkan informasi bermanfaat dan membangun, maka ia juga dapat digunakan untuk sebaliknya, yaitu untuk memanipulasi dan menghancurkan sebuah peradaban.
Generasi milenial lahir dan tumbuh besar di era di mana perang tidak lagi terjadi secara masif dan terang-terangan. Perang di era ini terjadi dengan memanfaatkan teknologi informasi, yang digunakan sebagai senjata tak kasat mata namun bisa menghancurkan dalam sekejap mata. Perang informasi, kita menyebutnya.
Generasi milenial yang saat ini berada di usia paling produktif, inovatif, dan haus akan penemuan-penemuan baru untuk kemajuan peradaban manusia, ternyata memiliki musuh terbesar yang paling sederhana: informasi yang menyesatkan. Generasi milenial tidak lagi hanya harus bertahan hidup dengan kemampuan membedakan baik dan buruk, tetapi juga perlu memiliki kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dan hal tersebut semakin lama semakin sulit dan buram. Sulit dibedakan.
Pahlawan pembela kebenaran.
Saat ini kita mungkin baru bisa menyadari bahwa frasa tersebut sungguh indah maknanya. Bahwa kebenaran, di era kemajuan teknologi informasi ini, menjadi sesuatu yang langka dan berharga. Mereka yang bicara tentang kebenaran tidak lagi dipandang biasa, tapi sebagai sosok dengan keberanian tinggi dan berjasa bagi banyak orang. Ironis, tapi begitulah nyatanya.
Untuk itulah, sebagai generasi yang saat ini berada di usia paling produktif, milenial harus dapat menanamkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, agar menjadi kekuatan bagi kemajuan peradaban manusia, terutama bagi generasi berikutnya. Saat ini generasi milenial ibarat menjadi burger generation dalam hal menegakkan kebenaran. Kita sangat familiar dengan kampanye anti-hoaks yang digalakan di mana-mana. Karena lahir dan tumbuh bersama dengan era perkembangan informasi, milenial menjadi generasi yang dianggap cukup dewasa dan cakap dalam teknologi informasi, Sehingga beban untuk menjadi edukator terhadap generasi pendahulu dan generasi setelahnya, berada di pundak milenial..
Kepahlawanan generasi milenial adalah menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat membangun negeri dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Dan mereka yang menegakkan kebenaran informasi adalah para pahlawannya. Meski terkesan berat, namun beban tersebut dapat kita pikul dengan sukcita. Sejatinya, kebenaran adalah puisi indah, dan menegakkannya adalah sikap patriotisme.
“… tetapi apa yang lebih puitis selain bicara tentang kebenaran” -Soe Hok Gie.
Penulis:
Jeni Rahman
IG: @jenioohjeni