MATA INDONESIA, – Namanya Indah Prihanande atau lebih akrab disapa Nenda. Ia wanita asli minang yang selama 15 tahun ini banyak menginspirasi karena telah mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak kemanusiaan masyarakat dhuafa dan terpinggirkan di Provinsi Banten. Yang menarik, Nenda sering dipanggil Pahlawan Jamban.
Jamban?
Nenda memilih mengurus jamban alias toilet. Tak heran, masyarakat desa yang melihat Nenda menjulukinya sebagai pahlawan jamban.
Ketertarikan Nenda mengurus jamban berawal saat ia berkunjung ke Desa Parigi di daerah kabupaten Pandeglang, Banten. Untuk membayangkan letak Pandeglang, ingat saja tragedi tsunami Selat Sunda pada penghujung tahun 2018 lalu, yang menewaskan semua personil grup band Seventeen, kecuali sang vokalis.
Nah, saat berkunjung itu, di perjalanan tercium bau yang tidak sedap. Bau tinja manusia. Sesampainya di sana, ketahuan bahwa masyarakat di sana masih banyak yang masih belum memiliki fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang mamadai.
Padahal, jamban merupakan hal yang penting. Mereka tak punya jamban. Warga di sana biasanya buang air besar sembarang (BABS). Di sana dikenal istilah dolbon (modol di kebon).
Padahal, BABS ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat kedua sanitasi terburuk setelah India. Sekitar 150 ribu orang Indonesia meninggal akibat buang air besar sembarangan (BABS).
BABS juga memicu banyak penyakit seperti kolera, muntaber, polio, dan hepatitis A. Belum lagi, sanitasi yang buruk bisa menyebabkan stunting atau kondisi anak yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari standard usianya. Jika hal ini dibiarkan, maka kualitas generasi mendatang terancam.
Inilah kemudian yang menggerakkan hati Nenda untuk totalitas memberikan penyadaran kepada warga tentang bahaya BABS. Dia melepaskan pekerjaannya di Jakarta sebagai direktur di perusahaan keuangan. Dari kerja yang nyaman, ruangan kerja bersih rapi serta gaji besar pindah ke pekerjaan yang penuh risiko, tantangan, dan pengorbanan. Rela berpanas, berpeluh, dan kerepotan lainnya.
Pengorbanan yang tidak remeh. Setelah keluarga bisa diajak kompromi, rekan-rekan kerjanya tidak sedikit yang menyayangkan keputusannya. Namun, tekadnya sudah bulat.
Meskipun niatnya baik, tidak lantas ajakan Nenda diterima dengan baik pula. Sebabnya, warga sudah terlanjur menganggap BABS merupakan hal biasa, tidak ada yang salah. Mereka telah melakukannya secara turun temurun.
Contohnya Niah. Di usianya yang sudah 45 tahun, dia baru merasakan buang air besar (BAB) di jamban. Selama ini, ia dan hampir semua warga di desanya buang air besar di kebun, sawah, dan ladang.
Dan kalau malam ingin BAB, mereka harus menggunakan obor atau penerangan lainnya. Harus waspada jika bertemu dengan ular atau binatang berbisa lainnya.
Pendekatan Nenda ke warga juga tidak mudah. Dia tidak secara sporadis mengatakan bahaya BABS. Untuk bisa mengubah karakter warga, terlebih dahulu masuk ke dunia mereka. Bahkan, Nenda harus mau tinggal bersama mereka, untuk menjalin kedekatan dengan warga. Kadang, saat tinggal bersama mereka, terpaksa harus ikut kebiasaan mereka. Mau gimana lagi?
Prioritas pendekatan Nenda kepada ibu-ibu. Mereka diajak arisan jamban. Menyisihkan ribuan demi ribuan untuk arisan. Sampai satu persatu menang arisan yang lantas dibelikan jamban.
Tak terasa, aksi yang dilakukannya meluas dari kampung demi kampung, desa demi desa. Satu dua orang atau lembaga peduli dengan yang dilakukannya. Ada yang membantu materi atau sekadar dukungan. Satu dua orang relawan anak-anak muda membantunya. Ikut ambil bagian dari kerja sosial itu.
Hari demi hari, bulan pindah ke bulan, tahun berganti tahun. Tak dirasa ternyata sudah 17 tahun lamanya Nenda berjuang dalam perjambanan ini. Sudah sejauh itu ia berkiprah.
Sekarang, telah sekitar 10.045 jamban telah terbangun. Sudah 50 ribu jiwa di Banten tidak lagi BABS. Kini, warga bisa BAB dengan nyaman di rumah sendiri. Tak lagi buang air besar sembarangan. Jika malam, para ibu tak lagi membangunkan suami untuk mengantar BAB. Desa menjadi semakin bersih, kesehatan pun semakin terjaga.
Pahlawan bagiku adalah sosok yang mau peduli dengan lingkungan. Ambil bagian memberikan solusi bagi masyarakat banyak. Bahkan untuk itu, dia harus keluar dari zona nyaman.
Penulis: Supadilah
Ig: Supadilah