Merawat Ingatan: Tujuh-Belas-an

Baca Juga

MATAINDONESIA, – Ada yang hilang dari peredaran langit, yaitu sebuah momen yang dirayakan begitu meriah setiap tanggal 17 di bulan Agustus, warna putih dan warna merah kerap membanjiri jalanan.

Ada yang hilang dari peredaran bumi, yaitu lomba makan kerupuk, masih teringat kejadian waktu kecil yang mana tinggi badan, keterampilan gigitan, dan kecepatan adalah 80 persen penentu kemenangan. Tapi kali ini hanya bisa makan kerupuk di rumah saja ditemani nasi putih dan sambal merah.

Ada yang hilang dari peredaran matahari, yaitu lomba panjat pinang, masih terngiang suara “Slruuuttt” pertanda ada yang jatuh ke bawah, kemudian naik lagi, dan “Slruuuttt” untuk ke-75 kali. Keceriaan dan bahu-membahu yang membuat “Slruuuttt” berkali-kali menjadi kuat dan semangat untuk tetap sampai ke puncak pinang.

Ada yang hilang dari peredaran rembulan, yaitu tatapan yakin untuk menang tepuk bantal di atas sungai dengan satu bambu yang terbentang. Tatapan berani dan siap ketika kalah, lalu kecebur ke sungai dan basah kuyup.

Ada yang hilang dari peredaran gunung, yaitu ketika kaki mulai lelah, letih, dan lunglai. Ingin rasanya berhenti, tapi kaki harus terus melangkah, melintasi terjal bebatuan pegunungan. Demi mengibarkan sang putih merah di puncak tertinggi.

Ada yang hilang dari deretan rumput, yaitu sepi oleh kaki-kaki para petugas upacara. Betapa kesepian rumput, mereka yang ikhlas diinjak-injak di momen sakral ini mesti berpuasa satu tahun lamanya agar dapat merasakan berkobarnya semangat juang melawan penjajah tanah air.

Ada yang hilang dari deretan kata, yaitu ketika lisan tak mampu berucap, “Kepada Sang Merah Putih, Hormat Grak” hanya lisan yang membisu biru, sambil hati lirih berdoa, “Semoga lekas sembuh, Wahai Bumi Pertiwi”.

Untuk diri saya dan untuk kita semua, mari sejenak hening, melihat kedalam diri, dengan “keterhilangan” di atas, sudahkah kita bersyukur atas sesuatu yang masih Tuhan titipkan dalam diri, yaitu INGATAN.

Semoga ingat-ingatan baik tentang Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang dalam diri kita, hingga “semangat 45” mewujud pada karya-karya nyata kita kelak.

Penulis: Agus Wibowo

Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini