MATA INDONESIA, – Indonesia. Nusantara tepatnya pernah mengalami masa kejayaan dan diagungkan oleh seluruh dunia ketika Majapahit berhasil menyatukan seluruh wilayah di Nusantara. Puncak kejayaan dialami saat Gajah Mada berhasil mengembangkan kekuatan maritimnya di bawah kepemimpinan Mpu Nala sebagai laksamana utama.
Pemikiran dan pandangan Gajah Mada yang brilian mengantarkan Nusantara berjaya. Ketika kerajaan-kerajaan sebelumnya hanya fokus pada pengembangan daerah di pedalaman tanpa memikirkan laut, kerajaan tersebut hanya besar di wilayahnya saja tanpa bisa meraih kejayaan di luar. Melihat Nusantara terdiri dari gugusan pulau-pulau yang terpisah lautan, Gajah Mada berfikir Majapahit tidak akan kuat jika maritim tidak diberi perhatian dengan baik.
Maka dibawah komando Mpu Nala, putra Tuban yang jenius, kapal-kapal Jong Majapahit dibangun di galangan-galangan yang tersebar di pesisir Jawa. Dengan kapal-kapal besar yang dibuat dari kayu jati yang berasal dari pohon-pohon raksasa yang tumbuh di sebuah tempat rahasia, armada maritim Majapahit mulai dibenahi.
Perjuangan Gajah Mada dan Mpu Nala untuk membangun armada maritim Nusantara berhasil menjadikan Majapahit sebagai kerajaan besar yang bersinar hingga ke tanah-tanah jauh. Maka ketika wilayah timur Nusantara, termasuk di dalamnya kepulauan Maluku yang kaya rempah jatuh ke tangan Majapahit, kejayaan semakin erat dalam genggaman.
Perdagangan rempah sebagai komoditas prestis yang digemari oleh bangsa-bangsa jauh telah menempatkan Nusantara sebagai satu-satunya tujuan untuk mendapatkan pala, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah tersebut memiliki nilai jual yang begitu fantastis. Bahkan saat itu harganya lebih mahal dari emas. Dikatakan setengan pon pala dihargai sama dengan tujuh ekor sapi gemuk.
Dengan pembagian lima armada utama yang mengamankan wilayah Nusantara, perdagangan rempah terlaksana dengan sangat lancar. Kapal-kapal asing keluar masuk wilayah Nusantara untuk membeli rempah dan menjual komoditas mereka. Ada banyak hal yang terjadi dari kegiatan perdagangan rempah tersebut. Dengan masuknya kapal-kapal asing, tentu saja menambah pundi-pundi kerajaan Majapahit. Bahkan disebutkan emas Majapahit begitu banyak hingga bisa disamakan dengan gunung.
Interaksi penduduk lokal dan pedagang asing menciptakan akulturasi budaya dan juga agama. Karena itu keberagaman Nusantara justru lebih beragam lagi. Pelabuhan-pelabuhan ramai dan mendatangkan keuntungan bagi penduduk, baik itu pedagang, petani, sampai buruh dan kuli angkut. Jalur pelayaran yang semakin ramai tidak menjadi hal yang membuat resah Majapahit. Mpu Nala sang jenius kelautan Majapahit telah mampu menerjunkan ribuan kapal untuk menjaga wilayah laut Nusantara dari ancaman apapun.
Keamanan yang terjaga equal dengan kemajuan Majapahit yang semakin lama semakin baik. Hingga ketika Gajah Mada wafat dan Hayam Wuruk begitu kehilangan, disusul dengan adanya perang saudara dan gejolak politik membuat Majapahit dan Nusantara perlahan-lahan runtuh. Pamor dan kejayaan Nusantara ikut hilang.
Saat ini di tengah modernitas, Indonesia harus mampu bangkit kembali meski ancaman keamaman bukan lagi hanya dari perompak dan penjajah. Kedaulatan negara harus kembali dijadikan prioritas utama sebelum bisa memulai pembenahan di segala sektor. Menjadi negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau 17.504 dan luas wilayah laut lebih dari 70% membuat Indonesia sangat rentan mengalami ancaman gangguan. Melalui Deklarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957 ditetapkan bahwa wilayah laut Indonesia adalah 12 mil ditarik dari garis-garis pangkal lurus yang menghubungkan pulau-pulau terluar. Namun kita lihat perkembangan saat ini banyak negara asing yang mulai berulah dengan melanggar batas-batas wilayah.
Terlebih lagi ada yang dengan berani menambah batas wilayah lautnya hingga memotong wilayah laut Indonesia dengan melakukan reklamasi daratan. Melihat beberapa hal di atas, Indonesia patutnya lebih aware terhadap kedaulatan negara yang terinjak-injak.
Sebagai salah satu langkah penguatan kedaulatan Indonesia di mata dunia, pemerintah bisa melakukan revitalisasi maritim Indonesia dengan tujuan besar sebagai poros maritim dunia. Hal ini bukan mustahil dilakukan mengingat Nusantara pernah mengalami kejayaan maritim di era Majapahit dulu. Penduduk Indonesia adalah warga bahari, seperti yang telah kita dengar dengungnya sejak kecil “nenek moyangku orang pelaut”, maka kekuatan laut adalah hal utama sebagai jalan Indonesia berjaya.
Ada beberapa pilar penopang Indonesia sebagai poros maritim dunia, yang harus mulai dilakukan dan diperhatikan oleh pemerintah, antara lain:
- Memastikan integritas wilayah dan memperluas wilayah yuridiksi Indonesia.
Hal ini bisa dilakukan dengan memastikan keamanan batas laut Indonesia dengan memperkuat armada laut nasional di perbatasan. Deklarasi Juanda adalah sebuah terobosan penting, kemudian dikuti dengan diakuinya yuridiksi Indonesia di mata internasional pada Konvensi Hukum Laut Ketiga tahun 1982 diikuti dengan ratifikasi Undang-Undang RI nomor 17 tahun 1985. Saat ini anak-anak bangsa perlu menguatkan kembali status yuridis Indonesia tersebut di mata dunia.
- Menjaga keamanan dan pertahanan.
Penguatan dan penambahan armada laut dalam hal ini di bawah naungan angkatan laut Indonesia. Kemudian manajemen sumber daya manusia dalam koridor angkatan laut tersebut. Dengan jumah armada yang tinggi dan sumber daya manusia mumpuni, kekuatan laut Indonesia akan kembali berjaya.
- Memastikan keselamatan
Selain menjaga keamanan dan pertahanan laut Indonesia perlu juga dilakukan pengawasan pada keselamatan laut, baik itu untuk kapal-kapal dagang, kapal pencari ikan, kapal angkutan, dan juga masyarakat yang sedang berada di wilayah laut Indonesia.
- Mengelola sumber daya dengan bertanggung jawab.
Bukan hal baru jika Indonesia dikenal memiliki sumber daya yang melimpah, tak terkecuali lautnya. Sayangnya pada tahun 2020 kontribusi sector kelautan dan perikanan pada PBD (Pendapatan Domestik Bruto) baru sebesar 3,7 %. Padahal Kementrian Kelautan dan Perikanan mencatat sector ini memeiliki potensi sangat besar, yaitu sekitar 1,3 kali PBD atau dengan kata lain sebesar 130 persen.
Laut Indonesia belum dikelola dengan baik. Ada 11 sektor yang berpotensi menambah PBD negara jika dikelola dengan baik dan bertanggung jawab, yaitu: perikanan tangkap, perikanan budidaya, industry pengolahan hasil perikanan, industry bioteknologi kelautan, energy dan sumber daya mineral, pariwisata bahari, kelautan pesisir, transportasi laut, industry dan jasa maritim, sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, dan sumber daya alam (SDA) nonkonvensional
- Memproyeksikan kepentingan nasional di dunia internasional.
Salah satu yang saat ini sedang digalakkan adalah revitalisasi jalur rempah menuju Indonesia maju. Kilas balik kemashuran Nusantara ketika perdagangan rempah masih berjaya dan menjadikan Nusantara bersinar. Dari kegiatan tersebut kepentingan Indonesia bisa diproyeksikan ke mata internasional.
Selanjutnya ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian setelah Indonesia berhasil menjadi poros maritim dunia, antara lain:
- Memperbaiki tata kelola laut
- Melakukan penanggulangan sampah plastik.
- Pembangunan ekonomi ramah lingkungan (ekonomi biru)
- Antisipasi terhadap perubahan iklim yang mulai terjadi saat ini.
Dengan hal-hal di atas, Indonesia sebagai poros maritim dunia bukan hal yang mustahil. Jika dulu Nusantara mampu menjadi poros perdagangan rempah dunia dengan kekuatan maritim yang tangguh, Indonesia bangkit menjadi poros maritim dunia.
Penulis: Marwita Oktaviana
- Instagram : @marwita_oktaviana
- www.witaksara.com
Terima kasih…
Menambah wawasan….aku tunggu artikel selanjutnya…
Semangattttt