MINEWS, CIREBON – Nama Sunan Gunung Jati cukup masyur di tanah Jawa, teristimewa di Jawa Barat. Namanya dikenang sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di tanah Sunda.
Tertarik akan sejarah dan kisah dari sosok yang menjadi bagian dari Wali Songo (Wali Sembilan) ini, maka Minews.id mencoba menyambangi kesultanan Kanoman Cirebon yang terletak di Jl. Kanoman No.40, Lemahwungkuk, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat.
Di sana, Minews.id disambut oleh seorang penjaga Kanoman Cirebon Roby Wijaya Karta yang merupakan keturunan ke-12 dari Sultan Cirebon.
Banyak kisah menarik yang didapat. Salah satunya tentang kisah sang Sunan dalam menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon.
Menurut Roby, Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah adalah salah satu peletak dasar ajaran Islam di wilayah Cirebon yang kala itu masih dipengaruhi agama Hindu.
Dikisahkan bahwa Cucu Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran itu memiliki cara unik dalam menyebarkan ajaran Islam. Salah satunya lewat gamelan sekaten yang ditampilkan kepada masyarakat sekitar tanpa bayaran.
“Cara ini terbilang unik. Pertunjukannya gratis namun dengan satu syarat sebelum menonton warga diharuskan mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat),†ujar Roby kepada Minews.id beberapa waktu lalu.
Berikut bunyi kalimat syahadat tersebut:
“ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WAASYHADUANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH”.
Artinya Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Dua kalimat syahadat ini, kata Roby, lambat laun diingat dengan baik oleh warga setempat sebagai ‘karcis’ resmi saat menonton Suna Gunung Jati menabuh gamelan.
“Selain itu, Sikap Sunan Gunung Jati yang bijaksana dan suka membantu masyarakat setempat yang berkesusahan, membuatnya disukai dan dihargai,†kata Roby.
Menurut dia, cara Sunan Gunung Jati yang santun tanpa paksaan ini, layaknya ‘kekuatan tak kasat mata’. Ia berhasil menarik masyarakat setempat untuk meninggalkan pengaruh Hindu dan masuk ke dalam peradaban baru yaitu peradaban Islam.
Selain itu, Roby pun berharap agar pemerintah Provinsi Jawa Barat terutama Dinas Pariwisata bisa membantu untuk menjaga kelestarian tempat tersebut sebagai salah satu peninggalan budaya di Cirebon.
Memang amat sangat disayangkan, kompleks Kesultanan Kanoman Cirebon yang kaya akan nilai sejarah itu, saat ini terlihat kumuh tak terurus. Penampakannya sangat jauh berbeda dengan kondisi Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang lebih rapih dan terawat.