Kekejaman dan Ketamakan Raja Xerxes Membuat Persia Bangkrut

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Raja Xerxes I merupakan anak tengah dari Darius the Great, Raja Persia yang berkuasa pada 522 SM hingga 486 SM. Ibunya merupakan seorang putri dari Cyrus the Great, Raja sekaligus penemu Dinasti Akhemeniyah.

Sebenarnya, Xerxes bukanlah putera mahkota. Anak pertama Darius bernama Artabazenes. Ia merupakan hasil pernikahan Darius dengan istri pertamanya yang hanya seorang rakyat biasa.

Saat Darius menentukan pewaris tahta, ia memilih Xerxes sebagai kandidat utama. Hal ini karena kekuasaan istrinya. Tidak ada seorangpun yang mempermasalahkan keputusan itu. Namun hal ini cukup menganjal perasaan Xerxes.

Salah satu tugas pertama Xerxes setelah naik tahta adalah menangani pemberontakan di Mesir. Pemberontakan itu berawal saat pemerintahan Darius. Sayangnya ia telah meninggal sebelum sempat menyelesaikannya. Xerxes kemudian memimpin para tentara Persia untuk memadamkan  pemberontakan pada 484 SM. Namun, sebelum kerusuhan tersebut berakhir, pemberontakan lain pecah di Babilonia.

Cara menanggani pemberontakan cukup kejam. Ia memerintahkan untuk membantai hingga habis pasukan pemberontak termasuk keluarganya. Kesukaan Xerxes adalah mengumpulkan kepala-kepala prajurit pemberontak dan kemudian memamerkannya ke keluarga prajurit tersebut.

Salah satu kesuksesan terbesar Xerxes yaitu invasinya besar-besarannya ke Yunani pada 480 SM. Ia ingin membalaskan dendam atas kekalahan ayahnya di Marathon pada satu dekade sebelumnya. Setelah kemenangan angkatan laut di Artemisium, Persia kemudian memusnahkan pasukan Raja Spartan Leonidas di Thermopylae. Tentara Xerxes kemudian masuk Yunani dan menguasai Athena.

Invasi tersebut tidak bertahan lama karena orang-orang Yunani kemudian mendapatkan daerah mereka kembali melalui pertempuran laut Salamis. Raja Xerxes menyaksikan armadanya perlahan jatuh karena taktik licik Jenderal Athena, Themistocles. Setelah kekalahannya itu, Xerxes  membawa sisa pasukannya kembali ke Persia.

Selain menjadi raja yang penuh ambisi dan tamak, Raja Xerxes I juga terkenal sebagai raja yang doyan perempuan. Selain mengoleksi perempuan-perempuan Yunani, ia tak tahu malu selingkuh dari istrinya Amexis dengan cara mendekati adik istrinya yang bernama Masistes. Ketika percobaannya gagal, ia malah mengencani anak perempuan Masistes yang bernama Artaynte. Mengetahui hal tersebut, Amexis marah besar dan memenggal kepala ibu dari Artaynte. Masistes berusaha melawan pasangan tersebut hingga dibunuh oleh Xerxes.

Xerxes kemudian mulai membangun istananya sendiri. Bersemangat untuk melampaui pendahulunya, Xerxes membangun istananya dua kali lebih besar dari ayahnya dan menghubungkan keduanya melalui teras. Di samping istananya yang monumental, Xerxes juga membangun Gate of All Nations (Gerbang Semua Bangsa) yang perkasa, serta Hall of a Hundred Columns (Aula Seratus Kolom).

Biaya proyek-proyek ini menempatkan pundi-pundi Kekaisaran Achaemenid di bawah tekanan yang lebih besar. Setelah biaya yang besar untuk invasi ke Yunani, Xerxes membebani rakyatnya untuk mendanai proyek-proyeknya yang mewah dengan meningkatkan harga pajak. Hal ini menyebabkan keresahan dan kebencian yang tidak terelakkan dari rakyatnya, hingga mengarah ke pembunuhan Xerxes di kemudian hari.

Pada 465 SM, Xerxes dibunuh oleh salah satu menterinya, Artabanus. Pembunuhan ini atas perintah putra Xerxes ingin mendapatkan tahta. Peristiwa tersebut adalah awal dari berakhirnya Kekaisaran Akhemeniyah. Usai kematian Xerxes, bangsa Persia bangkrut karena peperangan dan pembangunan proyek-proyek mewah. Persia akhirnya ditaklukkan oleh Alexander the Great pada 334 SM.

Penulis: Keshatita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini